Because it just a fucking different number
"Hyung, apa yang kau lakukan? Ini tahun baru," tegur Jungkook dan merebut kaleng bir dari tangan Namjoon. Namjoon terkekeh, "Lalu ada apa dengan tahun baru? Semuanya tidak akan berubah. Tetap miskin, tetap bodoh, tetap liar. Semua hanya pergantian angka sialan," nyiyir lelaki berambut cokelat itu dengan nada mabuk."Tetap saja kau harus memperhatikan kesehatanmu. Kau sudah meminum lima kaleng malam ini!" ucap Jungkook kesal. Dilemparnya kaleng yang masih berisi setengah bir pada tumpukan kaleng-kaleng sejenisnya. Jungkook meraih sebuah batang kayu dan memasukkannya kedalam kaleng untuk dibakar sebagai api unggun.
Seokjin yang merasa bahwa Jungkook mempunyai sedikit masalah, bertanya, "Bagaimana sekolahmu, Jeon Jungkook?" tanyanya dengan nada bijak namun tegas. Lelaki itu menggenggam sekaleng bir seperti yang Namjoon minum, namun ia tidak menghabiskannya. Seperti kata orang-orang, konglomerat tidak pernah menghabiskan wine dalam gelasnya.
"Baik, Hyung. Fasilitas berlebihan, teman-teman kikir, guru-guru berbicara bahasa alien, semuanya sangat menyenangkan." Jawaban Jungkook membuat Seokjin terkekeh geli. "Kau tahu aku tidak akan mengeluarkanmu dari sekolah itu, kan, Jungkook-ah. Aku bahkan menyumbang lebih dari setengah harga saham mereka hanya karena kau bersekolah disana," terangnya.
"Terima kasih, Tuan Muda Kim Seokjin..." Jungkook membungkukkan badannya dihadapan Seokjin, bukan karena hormat melainkan untuk mengejek lelaki itu. Seokjin tidak marah, malah menyisihkan sebagian tempat disampingnya untuk Jungkook. "Kau tahu, Hyung? Ada seorang gadis bernama Choi Arin. Dia berada dua tahun dibawahku. Dia senang membaca, selalu membawa buku kemana-mana, cukup populer..."
"Dan kau menyukainya?" potong Seokjin. Jungkook mengangguk, kemudian melanjutkan kembali omongannya. "Ayahnya seorang pengusaha sukses dan Ibunya sangat sosialita. Keluarga yang sangat bagus, bukan?" Jungkook terdengar iri.
"...tapi pagi itu aku menyaksikannya menangis sendirian. Matanya sembab dan wajahnya terlihat sangat kacau. Dia terus menggumamkan "aku benci hidupku" sepanjang tangisannya..." Jungkook menghentikan ucapannya dan menatap Seokjin kosong. "Hyung, bagaimana dia bisa begitu tidak mensyukuri bahwa ia memiliki keluarga? Sedangkan aku disini selalu berharap hal yang semu..."
Seokjin diam. Dia bisa melihat kilatan sedih dan marah pada Jungkook. Lelaki muda itu selalu emosional ketika membahas hal-hal yang bersangkutan dengan sebuah keluarga. Hidup sebatang kara sejak kecil memang menjadikan pibadi dan fisik yang kuat bagi Jungkook, namun hatinya bukanlah baja. He need loves that he deserves.
"You don't have to know her fancy life, you have me as a parents, brothers, family. It's okay, Dude..." Seokjin mengacak rambut hitam Jungkook. Jungkook tersenyum. "Lagi-lagi kau berkata dengan bahasa alien," sindirnya namun ia mengerti semua yang dikatakan oleh Seokjin.
Taehyung yang duduk disebrang mereka menyahut, "Jadi, kau menyukai gadis itu, Jeon Jungkook?" Lelaki yang dimaksud Taehyung mengangguk.
Sambil menyeruput cola ditangannya, Taehyung kembali berkata,
"Aku juga menyukai seseorang. Dia seorang dokter di rumah sakit besar. rambutnya lurus dan senyumnya manis. Setiap kali dia melintas dengan jas putihnya, aku tidak bisa berpaling. Dia ramah, pasien-pasiennya juga menyukainya..." Taehyung tersenyum sambil membayangkan memori tersebut. "Suatu hari saat aku tak sengaja melintas disebuah lobby, aku melihatnya berdiri dengan senyum mengembang. Dan disana ada seorang lelaki berjas putih yang sedang menunjukkan cincin berlian padanya. Lalu aku menyadari bahwa aku memang hanya akan selalu bermimpi..."
Taehyung menutup ceritanya dengan menegak habis cola ditangannya. Lalu melemparkan kalengnya kedalam api.
"Kau juga seorang dokter, kau pasti mengetahuinya jika memang dia bertugas di rumah sakit besar," sambung Jimin.
Taehyung mengangguk. "Ya, namanya Ryu Sujeong. Aku mengenalnya di Ohio. Saat itu kami sedang melakukan penelitian, tepat setahun sebelum akhirnya aku memilih menjadi gelandangan seperti ini."
"Kau adalah dokter terbaik yang pernah kutemui, Kim Taehyung!" Namjoon berteriak sambil mengacungkan kedua jempolnya. Lelaki berambut pirang itu, Taehyung, menggeleng geli. "Dasar pemabuk," gumamnya.
Seokjin menoleh saat mendengar kikikan kecil dari Jimin. Lelaki berambut oranye itu dengan santai dan kedua kakinya dipaha Namjoon mulai berkata, "Kang Seulgi..."
"Gadis cantik yang memiliki warna rambut yang sama denganku. Orang yang bahkan tidak sadar bahwa aku pernah melihatnya telanjang dikamarnya..."
"Telanjang?! Maksudmu... tanpa busana?" Jungkook terkejut. Jimin mengedikkan bahunya licik. "Dia tidak mengetahui lubang di dinding kamarnya yang terhubung langsung dengan kamarku."
"Mengapa kau tidak menutupnya, Bodoh?!"
"Kenapa? Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas, bukan?"
"Dasar cabul!"
"Tenang saja, aku baru melihatnya sekali. Seminggu setelah itu dia pindah ke apartement pacarnya."
Jungkook mengucapkan 'o' dengan panjang. Lalu melirik kearah Yoongi yang hampir tertidur. "Apa yang akan kau ceritakan malam ini, Yoongi Hyung?"
Yoongi membuka matanya. Dan menunjuk sebuah rumah tak jauh dari mereka yang sedang mengadakan pesta meriah. "Disana, gadis bergigi kelinci yang sedang berciuman dengan seorang lelaki. Namanya Im Nayeon. Dia seorang pelacur. Dan aku jatuh cinta padanya," jelas Yoongi datar dan tanpa ekspresi.
Lelaki bergigi kelinci juga, Jungkook, menatap kaget. "Lalu apa kau akan diam saja melihatnya berciuman dengan lelaki lain?" Suaranya semakin memanas. Namun Yoongi hanya tersenyum simpul. "Dia bisa mencium lelaki manapun yang ia mau, tapi dia tidak akan bisa melupakan malam dimana kami melakukan sex."
"Oke, Min Yoongi, kau terlalu vulgar. Lebih baik kau tidur saja," interupsi Seokjin sebelum Yoongi benar-benar mengatakan hal-hal lebih detail. Sosok paling tua itu pun menghembuskan nafasnya panjang. "Nampaknya kita benar-benar bodoh dalam percintaan," ucapnya.
Jimin menggeleng. "Tidak dengan Namjoon Hyung. Kau lupa dia memiliki kekasih seksi yang siap bermain panas dengannya kapapun ia mau?" kata Jimin sambil menunjuk Namjoon yang tertidur pulas dan mendengkur. "Dan juga jangan lupakan Hoseok Hyung. Sepertinya dia benar-benar jatuh cinta pada gadis imigran illegal dari cina itu. Siapa namanya? Kyuyoung? Kyulkyung?"
Tak lupa telunjuk Jimin menunjuk pada lelaki konglomerat itu, Kim Seokjin. "Kau juga belum menceritakan masalah percintaanmu, Tuan Kaya Raya."
Seokjin sedikit terkejut dengan perkataan Jimin, namun ia langsung tersenyum. "Yah, aku jatuh cinta pada gadis yang akan menjadi istriku pada pernikahan bisnis nanti."
"Pecundang..."
"Aku tahu..."