Ia yang kembali ke masa lalu tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Wanita yang dikhianati oleh seseorang yang begitu ia pecaya pada masa itu tidak lagi ada. Sienna melangkah memasuki aula pesta dengan percaya diri. Malam ini, malam debut kedewasaan bagi bangsawan yang menginjak 20 tahun, pusat perhatian tertuju padanya. Bukan karena kecantikannya yang sudah menjadi momok pembicaraan sejak dulu, bukan juga karena latar belakang keluarganya yang berada diurutan ketiga setelah keluarga kekaisaran dan keluarga Duke yang masih kerabat kekaisaran. Tentunya bukan karena gosipnya dengan pangeran pertama, akan tetapi sepertinya gossip tersebut memiliki peran sedikit.
Gaun putih dengan hiasan berlian yang menampakkan kelap-kelip setiap ia berjalan memang menarik perhatian. Selain tradisi mengenakan warna putih pada malam debut untuk membedakan mereka, surai pirang keemasannya pun membuat seakan ia adalah dewi yang diutus dari langit. Sienna tersenyum seraya menuruni tangga. Semua orang terpana, memandangnya dengan terkejut.
"Lady Eloir..." panggil salah seorang bangsawan muda yang nampaknya juga merayakan malam debut bersamanya. Terlepas dari gaunnya putihnya yang sedikit sederhana, leher wanita muda itu terlilit pita merah dengan mawar merah pekat yang begitu kontras dengan kulitnya yang pucat. Sienna tersenyum dan balas menyapa wanita muda itu,
"Lady Feren, sudah lama kita tidak berjumpa."
Menatap Sienna, wanita muda yang memiliki tahi lalat kecil di ujung atas bibir nampak tidak bisa menahan rasa penasarannya. "Hiasan kepala Anda..."
"Ah... ini?" Sienna menyentuh hiasan kepalanya. Bandana yang tersusun dari mawar itu sukses menjadi pemeran utama malam ini. Yang mengejutkan hanya warna mawar tersebut hitam.
Sienna melirik sebentar pada mawar putih di leher Lady Feren. "Sama seperti Lady Feren, sepertinya saya juga sudah menentukan pilihan saya," jawab Sienna sambil tersenyum. Ucapan yang terlontar sontak mengundang respon kaget dari sekeliling yang sedari tadi berusaha menguping pembicaraan mereka.
"Ta-tapi Lady Eloir, bukankah Lady memiliki hubungan dengan pangeran pertama?" Kelihatannya Lady Feren masih belum puas dengan jawaban Sienna.
Menunjukkan senyum sesuai dengan etika bangsawan, Sienna berkata, "Lady Feren hanya perlu percaya apa yang Lady lihat saja, kan?" Dengan kata lain menyuruh untuk menutup mulut dan berhenti bertanya.
Sienna sudah memprediksi bahwa hal ini akan terjadi. Malam debut kedewasaan bukan hanya perayaan semata, namun ada politik bekerja di balik itu. Setiap bangsawan yang sudah memasuki usia dewasa harus memilih faksi.
Kekaisaran terbagi menjadi beberapa faksi sesuai dengan jumlah pengeran yang lahir. Untuk masa ini, hanya ada dua faksi di kekaisaran yakni Red Rose yang mendukung pangeran pertama dan Black Rose yang mendukung pangeran kedua. Masing-masing faksi saling bertarung untuk menjadikan dukungan mereka sebagai kaisar selanjutnya, oleh karena itu semakin banyak yang bergabung dengan faksi mereka maka suara mereka akan semakin kuat. Apalagi didukung dengan latar belakang keluarga yang kuat. Sampai saat ini, faksi Red Rose lebih unggul dibanding Black Rose karena latar belakang ibu pangeran kedua yang berasal dari suku di selatan, bukan bangsawan ibukota.
Setiap orang yang menghadiri pesta kekaisaran diwajibkan untuk membawa mawar sesuai faksi mereka, selain untuk mengintimidasi faksi lain hal ini juga dijadikan ajang kekuasaan. Biasanya mawar tersebut digunakan sebagai hiasan.
Selain dua faksi tersebut, ada pula faksi netral yang juga dianut oleh keluarga besar seperti Duke Feren dan Duke Eloir. Sebagai dua keluarga besar yang berada setelah keluarga kekaisaran, dua keluarga ini memutuskan untuk netral demi keseimbangan faksi manapun. Akan tetapi mengenakan bandanan berhiaskan mawar hitam sama saja dengan menujukkan ketimpangan dalam faksi netral yang seharusnya mengenakan mawar putih.
Senyum Sienna tidak hilang walaupun ia mengetahui bahwa hanya sedikit tamu yang mengenakan mawar hitam di aula ini. Yah, sejak awal tidak pernah tertulis aturan bahwa keluarga Eloir tidak boleh memilih faksi manapun. Dan juga, pangeran pertama...
Manik emas Sienna melirik lelaki yang berdiri dengan podium dan sedang menatapnya dengan terkejut. Ia tersenyum sinis. Kau akan membayar semua yang telah kau lakukan padaku, batin Sienna.
Raut pangeran pertama tidak bagus mengetahui bahwa Black Rose mendapat dukungan dari salah satu anggota keluarga Eloir. Raut kepala keluarga faksi Red Rose pun nampak tidak nyaman karena pengaruh keluarga Eloir.
"Sienna."
"Kak Alex," balas Sienna dengan senyum.
Alex, kepala keluarga Eloir yang menggantikan mendiang ayah mereka tiga tahun lalu menghampiri Sienna. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Lelaki yang sudah memasuki usia matang tersebut tidak bisa menyembunyikan ekspresi bingungnya. Wajar saja karena Sienna tidak pernah mendiskusikan hal ini sebelumnya dan mawar putih yang terselip di saku coat-nya pun berkata demikian.
"Maaf sudah membuatmu khawatir. Aku akan menjelaskan nanti di rumah."
"Apa ini ada pengaruh dari kejadian kau terjatuh dari atas kuda?"
Tubuh Sienna sedikit tersentak. Kejadian yang membuatnya sempat tak sadarkan diri selama tiga hari dan juga membuka matanya ke masa lalu. Ia bergidik.
"Aku hanya ingin membuat keputusan sendiri," jawab wanita itu dengan pelan. "Aku harap Kakak tidak marah padaku," lanjutnya lagi dengan ekspresi sedih mengingat sampai akhir hayatnya pun Alex tidak pernah marah padanya. Kakak yang selalu baik padanya—kakak yang mengorbankan dirinya demi melindungi adiknya di masa itu—Sienna hanya ingin melindunginya kali ini.
Alex nampak membisikkan sesuatu pada asistennya sebelum berbicara lagi pada Sienna, "Kau tahu bahwa ini bukan keputusan yang mudah, kan? Bahaya akan mengikutimu ke depannya."
Sienna mengangguk. Bahaya yang dimaksud adalah kematian. "Aku tahu."
"Apa kau siap menghadapi semuanya? Kau yang bahkan tidak tertarik dalam politik?"
"Keputusanku sudah bulat." Sienna mungkin masih muda, namun ia akan memanfaatkan apa yang ia ketahui di masa depan karena keuntungan kembali ke masa lalu.
Tak lama kemudian asisten Alex kembali dengan membawa wadah kecil.
"Baiklah kalau itu keputusanmu."
Alex mengambil mawar putih dari sakunya dan mencelupkan bunga tersebut ke dalam wadah yang ternyata berisikan tinta hitam. Sienna membelalakkan matanya. "Kakak, apa yang kau....!!"
Mawar tersebut ia selipkan lagi pada tempatnya. Tinta yang belum mengering dan tidak sepenuhnya menutupi warna asalnya terjatuh pada coat kuning emas yang ia kenakan. "Sebagai seorang Kakak dan kepala keluarga, sudah seharusnya aku melindungi anggota keluargaku." Alex tersenyum dan mengelus rambut emas Sienna.
"Duke Eloir."
Suara berat yang menginterupsi kedua saudara itu. Sienna mengalihkan cepat kepalanya pada sumber suara. Suara yang terdengar familiar. Suara yang menemaninya ketika ia berada di titik terendah, terkhianati dan terisolasi. Suara yang ia harapkan untuk ia dengar kembali ternyata berasal dari lelaki dengan surai gelap dengan manik merah darah, pakaian serba hitam dan dua buah mawar hitam yang juga terselip di saku pakaiannya.
"Saya menghadap sinar matahari dan bulan, Yang Mulia Leonel Fredrick Armenis."
Pangeran kedua.