Lie

1.9K 224 5
                                    

I woke up and realize she was beautiful.

Aku terus memandang wajah damainya, menelusuri setiap inci pahatan Zeus itu. Alisnya yang tebal, bulu matanya yang lentik, hidung kecilnya yang mancung dan yang terakhir yaitu bibir ranumnya yang tipis. Make me want to taste her on lips.

Aku menggeleng. Mengaburkan seluruh gambaran-gambaran nistaku. We're too far. Tidak mungkin untuk melakukan hal itu. Bahkan untuk sedekar basa-basi saja kami memiliki waktu yang sulit. Our ego is big. Just having her as my wife that's more than enough. Bahkan jika kita benar-benar asing.

Aku tersenyum, bergerak bangkit dan meninggalkan gadis yang masih terlelap dalam mimpinya. Kulangkahkan kakiku menuju dapur untuk mengisi tenggorokanku yang terasa kering. Irisku melirik jam dinding besar yang menunjukkan pukul 6.30. Still more time before going to work. Aku memutuskan untuk berenang dan mencoba menghilangkan seluruh penat yang mengisi kepalaku selama ini. Kuraih handuk kecil yang tergantung dikursi meja makan kemudian menggantungnya di bahu.

Kubuka t-shirt putihku, menampakkan tubuh atletis yang telah kumiliki selama bertahun-tahun. Aku menceburkan diriku kedalam kolam dan membiarkan badanku basah.

I really need this.

##

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, mencoba membiasakan cahaya yang memasuki pupilku. Aku duduk dan menundukkan kepalaku yang sedikit pusing. Kupandang sisi sebelah kasurku yang kosong. He's up. Aku terdiam, mencoba untuk mendengarkan suara air mengalir dari arah kamar mandi. He usually been there when I woke up. Tapi suara itu tak kunjung terdengar. Maybe he's out there.

Aku mengedikkan bahuku, menatap jam digital disamping kasur. Aku memaksakan diriku bangkit dari kasur. I need to make breakfast.

Dengan malas aku berjalan ke arah dapur. Aku sedikit memicingkan mata ketika kulihat pintu belakang terbuka lebar. I'm sure it was locked last night.

Penasaran, aku mendatangi pintu tersebut dan menyadari mataku tak dapat berkedip kembali. Holy crap! For the first time of my life I'm seeing Park Jimin whole sexy body. And he's wiping all his fucking body with a fucking small towel.

Aku sedikit ternganga. Jantungku berdegup kencang. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku tidak ingin mengalihkan pandanganku dari makhluk seksi didepanku ini. And he's turning around, found me looking at him like an idiot. Oh God! I want him on my body right now.

Aku buru-buru berbalik, berusaha melindungi harga diriku yang hampir jatuh hanya karena tubuh seksinya. But he damn so hot!

Kakiku melangkah sangat cepat, berjalan memasuki dapur dan mengeluarkan beberapa panci. Aku mengeluarkan bahan-bahan makanan dengan terburu-buru dan mulai memotong acak. Aku berakting senatural mungkin. Pretend like nothing happened because I heard his footsteps coming closer.

"Honey, you can't slicing on a plate."

And I look down. Kuhentikan tanganku yang tengah memotong diatas sebuah piring. Mengapa aku tak sadar? I was so nervous before. Bagus, sekarang aku benar-benar telihat idiot. Aku menjauhkan piring tersebut dengan sangat kikuk, kulirik lelaki yang masih berdiri tanpa bajunya.

"Don't blame me! Aku hanya malas untuk mengeluarkan talenan," ucapku sewot. Aku menjadi salah tingkah karena lelaki tersebut masih memandangiku. Dan ketika kulirik lelaki itu, he's focus on his damn phone! I really was so selfconfident. Membuatku menghembuskan nafas panjang. Aku menjadi sangat aneh pagi ini.

Kembali kulanjutkan kegiatan memasakku. A fried rice for this morning. Kuletakkan semangkuk penuh nasi goreng ditengah meja. Kuambil dua buah piring dan meletakkannya kedua sisi yang berhadapan. Kemudian Jimin datang. Mengambil posisinya dan kemudian memulai sarapan. No good morning. He's always busy with his cellphone. And I've been busy with my meal when my cellphone ringing.

LUSTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang