Tidak tahu harus berapa lama Yoongi terbangun dalam kesedihan. Bahkan dalam tidur yang sulit ia dapatkan, Ia selalu memimpikan Nayeon. Ketika matanya terbuka, yang pertama ia pikirkan adalah Nayeon. Harum surai panjang gadis itu yang selalu ia hirup setiap pagi diatas kasurnya mulai menghantui. Pelukan kecil dari jemari mungil Nayeon yang biasanya mendarat di pinggangnya tak lagi terasa. Senyum manis disambut suara serak bangun tidur dari gadis itu kini menjadi fatamorgana bagi Yoongi.
Sampai kapan ia akan begini? Padahal jungkat-jungkit ini sudah berhenti dan hanya menyisakan dirinya, tapi mengapa masih terasa guncangannya?
Apakah ia harus mencari seseorang yang lain, yang mungkin dapat menyembuhkan hatinya yang terluka? Tapi, mana mungkin ada yang menginginkan lelaki dengan hati menyedihkan seperti dirinya. Lagipula, ia tidak menginginkan orang lain.
Yoongi ingin Nayeon. Hanya Nayeon.
Hubungan mereka belum berakhir. Yoongi tidak ingin mengakhirinya. Masih banyak perasaan yang ia berikan pada Nayeon dan ia menginginkan balasan serupa. Tidak apa jika ia sudah meninggalkan permainan, this seesaw won't go anywhere.
Yoongi sudah mengatakan bahkan ia benci pulang ke rumahnya, jadi lelaki itu lebih banyak menghabiskan waktu di luar dan kembali pada tengah malam, bahkan tidak jarang ia kembali ketika matahari hendak terbit. Tapi kali ini, kepulangannya menunjukkan perbedaan.
Seseorang telah menunggu kepulangannya.
Yoongi menghentikan langkahnya. Matanya menatap sendu gadis yang terduduk di sofanya. Gadis yang ia rindukan. Selama ini Yoongi memberikan ruang pada Nayeon untuk tidak menghubunginya dan menemuinya. Ia membebaskan Nayeon dari hubungan mereka. Dan lihatlah, gadisnya kini kembali.
"Seesaw?" ucap Nayeon pertama kali.
Yoongi tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia hanya terfokus pada perwujudan Nayeon.
"Why it has to be seesaw?"
Ia tahu apa yang dimaksud oleh Nayeon, his song. Seesaw.
"Karena pada akhirnya jungkat-jungkit tidak akan berfungsi jika kehilangan salah satu," jawab Yoongi.
"Jadi, kau sudah kehilangan salah satunya?"
Yoongi menggeleng. "Was, tapi sekarang kau kembali." Ia sedikit tersenyum, disambut oleh tangisan kecil Nayeon. "Jadi itu alasan mengapa aku tidak bisa berada sendirian, karena jungkat-jungkit ini tidak memiliki pemberat di salah satu sisinya?" Nayeon mengusap jejak airmata di pipinya.
"Apa jungkat-jungkit ini juga yang membuat jantung berdebar setiap memikirkanmu?"
Kali ini Yoongi mengangguk halus.
"Apa jungkat-jungkit ini juga yang membuatku membutuhkanmu setiap detiknya?"
Masih mengangguk.
"Apa kau membangun jungkat-jungkit ini hanya untukku?"
Kali ini Yoongi tidak mengangguk, tapi langkahnya bergerak menuju Nayeon. Tangannya menangkap pipi putih gadis itu dan bibirnya menyatu dengan bibir Nayeon. Ciuman yang Yoongi rindukan.
Sejak awal Yoongi tahu, tidak ada yang dapat menolak kesenangan bermain jungkat-jungkit. Permainan ini memabukkan, bahkan membuatnya ketagihan. Ketika Nayeon mengatakan bahwa dia tidak memiliki perasaan pada Yoongi, ia tidak menyalahkan hubungan mereka. Gadis itu masih penuh dengan kenaifan, dia masih menganggap bahwa permainan lain lebih menyenangkan. Jadi Yoongi biarkan Nayeon memainkan permainan lainnya. Ia hanya perlu menunggu hingga gadis itu sadar bahwa jungkat-jungkit adalah permainan terbaik.
This seesaw might has stopped, but this kiss still go on.