Sweat

3.3K 224 7
                                    

Hoseok terusik. Ia membuka matanya saat suara-suara itu menganggu tidurnya. Masih sangat pagi dan ia tak suka jika dirinya terbangun diwaktu seperti ini. Truk-truk sialan! Ia meraih senter dipinggir kasurnya, keluar dari rumahnya dengan gusar.

And he got nothing.

Hoseok tak mendapati truk-truk yang biasa mengangkut barang-barang rongsokan ditempatnya. Lalu darimana suara itu berasal? Penyusup?

Refleks tangannya bersiap dengan pistol dipinggangnya. Perlahan ia berjalan menyusuri celah satu persatu. Ia tak menyalakan senternya. Ia terlatih untuk melihat dalam gelap.

Hampir semua celah telah tersisir, namun masih ia belum menemukan sesuatu yang mencurigakan sampai ia mendapati pintu boks kaleng sedikit rusak dibagian gembok. Ia mencabut pistolnya, merapat pada dinding kaleng lalu menendang dengan keras pintu yang rusak tersebut.

1. 2. 3.

Tidak terjadi apa-apa. Membuatnya mengeryit. Masih dengan pistol yang teracung, ia merayap masuk. Menyorot seluruh ruang boks dengan senternya yang temaram. Tidak ada apapun.

Kemudian ia menemukan sesuatu diujung ruang. Seorang gadis yang meringkuk ketakutan. Kuku-kukunya membiru akibat kedinginan. Pakaiannya kumal dan terdapat beberapa lubang diberbagai tempat. Rambut hitam kusutnya menutupi sebagian wajahnya yang menghitam karena debu. Gadis itu memandang Hoseok takut. Ia semakin mengerat tatkala lelaki itu mendekatinya.

"Ja-jangan mendekat!" ucap gadis itu lirih.

Hoseok menatap iba. "Apa yang kau lakukan disini?" simpatinya.

Gadis itu menolak menjawab. Ia masih takut dengan lelaki yang baru saja memegang sebuah pistol ditangannya.

"Apa kau... polisi?" gumamnya. Hoseok menggeleng sambil menyimpan kembali pistol dipinggangnya. Ia menyentuh lengan dingin gadis itu. "Kau kedinginan. Akan kubawa kau kerumahku..."

##

Gadis itu kembali menyesap teh hangat yang disajikan oleh Hoseok. Tubuhnya sedikit menghangat saat lelaki itu menyelimutinya dengan selimut tebal. Rambutnya masih basah sehabis keramas namun ia bisa merasakan kesegaran menjalar keseluruh tubuhnya setelah berhari-hari ia tidak membersihkan diri.

Hoseok menarik kursi kayu kecil ke depan gadis yang tengah duduk dikasurnya. "Merasa lebih baik?" tanyanya ramah.

Gadis itu mengangguk kecil. Menjawab sambil menunduk, menyembunyikan wajah cantiknya, "Ya. Terima kasih..."

"Tidak usah sungkan. Siapa namamu?" Hoseok dengan segala keramahannya.

"Kyul..." Gadis itu terdiam cukup lama. "Kau tahu? Aku hanya akan membawa sial untukmu jika aku masih berada disini sampai pagi hari..." ujar gadis itu.

"Memangnya kenapa?" Hoseok bingung saat gadis itu berdiri dan melepas selimut yang membungkus tubuhnya. Gadis yang hanya mengenakan sweater hitam miliknya berdiri, menampilkan kaki jenjang yang tak terbungkus itu. Membuat Hoseok terpana. "Kau mau kemana?" tahannya pada lengan gadis tersebut.

"Aku berterima kasih atas kebaikanmu. Aku harus pergi..." Gadis itu melepas cengkraman Hoseok.

"Pergi kemana?" tahan Hoseok, lagi.

"Kemanapun. Aku..." Gadis itu menahan nafasnya berat. "...aku ini pengungsi ilegal..." akunya. Dan menunggu apakah lelaki tersebut akan melaporkannya.

Hoseok terbahak. "Hanya ilegal?"

Gadis itu mengeryit melihat reaksi yang diberikan lelaki berambut cokelat itu. "Kau... tidak terkejut? Atau melaporkanku?" Ia tak percaya.

"Itu bukan masalah besar." Hoseok tersenyum.

"Tapi, polisi sedang mengejarku..." sambung gadis berambut hitam panjang tersebut. Berusaha membantah semua perkataan Hoseok.

"Lalu, untuk apa aku memiliki pistol? Mereka hanyalah tikus-tikus kota tak berguna. Percayalah, kau aman bersamaku..."

"Tapi..."

"...dan kau masih mengenakan sweater kesayanganku. Kau pikir aku akan dengan mudah memberikannya padamu..."

Gadis itu tertegun mengingat baju yang membungkus tubuhnya kini. Baju miliknya telah rusak dan tak layak pakai, sehingga lelaki itu dengan ringan hati meminjamkan baju hangatnya.

"...umm... Kyul...?" Alis Hoseok terangkat saat ia meminta gadis itu untuk melengkapi namanya.

"Kyung. Kyulkyung," jawab gadis itu cepat.

Hoseok tersenyum. Memposisikan lagi duduknya dikursi kayu didepan gadis tersebut. "Baiklah, Kyulkyung, kau berasal darimana?"

"China. Nama Zhou Jieqiong, tapi disini mereka memanggilku Kyulkyung..." jelasnya. Hoseok manggut-manggut mengerti. "Bahasa Koreamu terdengar lancar..." puji lelaki itu.

Gadis itu, Kyulkyung, tersenyum malu. Ia menyelipkan rambut basahnya kebelakang telinga. "Aku memiliki banyak teman Korea sebelumnya."

Hoseok tersenyum. Menatap Kyulkyung sedikit lama.

"Kalau begitu, bolehkah aku menjadi lebih dari sekedar teman Koreamu?"

Ia tertarik pada gadis China tersebut.

LUSTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang