mendengarkan. sesekali mengawasi.
ini hunian musuh yang entah bagaimana akhirnya aku berhasil masuk kedalamnya. ini hunian haram yang entah bagaimana ketua kami mampu menembusnya.
aku bersandar pada bahu jendela, tepat disamping jungkook yang kelihatannya lebih curiga daripadaku. kedua tanganku mungkin terlihat santai tapi jika terjadi hal tak terduga, maka bisa kupastikan peluruku melesat paling pertama di ruangan ini. kupandang ketua kami—lebih tepatnya ketua hunian ini—lekat. jelas kami berdua awas, mereka adalah musuh yang dua hari lalu berhasil kami gagalkan usaha pencuriannya. dan kami berada di sangkarnya, terkepung oleh puluhan atau mungkin ratusan mafia cantik milik kelompok ini. tak bisa dipungkiri, Red Flavor memiliki mayoritas wanita-wanita cantik yang menjadi salah satu daya pikat dan penipuan paling legendaris sepanjang sejarah. bahkan aku pun tak bisa berbohong ketika pertama bertemu dengan ketuanya—Iriana—seakan bertemu bidadari.
jin dan iriana terdengar sangat serius berdiskusi. kutebak, yoongi tidak akan senang mengetahui rencana yang kami sebut-sebut sejak bulan lalu dibagi begitu saja pada musuh oleh ketua. aku hampir tenggelam dalam mendengarkan diskusi tersebut sampai pintu diketuk dengan kencang. tanganku refleks meraih pistol namun tak sempat menariknya karena iriana lebih dulu mengisyaratkan pelaku untuk masuk. kulihat jungkook melakukan hal yang sama denganku. berada di sarang musuh cukup membuatku penuh kecurigaan.
seusai iriana menyebut "masuk", pintu terbuka sedikit. sepotong tubuh ramping masuk dengan wajah datar.
"i have came back."
sahutnya, pelaku yang baru memasuki ruangan.
aku terdiam. tatapanku tertempel pada sosok itu. selain cantik, aku serasa berada di surga. she is came back. she's here.
"i got what you need."
ia mengeluarkan sepucuk amplop dan menyerahkan pada iriana.
rambut legamnya yang panjang hingga pinggang. dahi yang tertutupi poni tebal hingga mencapai langit mata.
"good job."
dan mata kucing yang pernah berlabuh padaku.
"sel..."
tanpa sadar, aku memanggilnya. bukan hanya dua wanita tersebut yang berpaling padaku, namun ketua dan jungkook pun seakan terkejut mendengarnya.
"jimin..." tegur jin, tapi siapa yang bisa menghentikanku?
"selly..." panggilku lagi. kali ini wanita itu sadar bahwa aku tertuju padanya.
"perkenalkan dirimu," bisik iriana pelan pada wanita itu setelah meminta izin melalui lirikan mata.
wanita itu membungkuk sedikit padaku—kami—lalu berucap, "hajimemashite..."
tapi aku tidak peduli. aku ingin ia mengenaliku.
"sel, ini aku. jimin. kau mengenalku!" kuguncang lengannya, memaksa wanita itu untuk mengaku.dear, why do you have to be reincarnated like this?
"jimin-san, i dont recall we have meet before."
why cant we just meet in another life?
"jimin-san, what is your problem!?"
"kau mengenalku, sel!"
"Hirai. its Hirai, not Sel or whatever."
hah... aku memang bodoh.
"what have you done is so unacceptable. i dont go easy for anybody, jimin-san. you'd better watch out."
katakan aku gila, tapi aku menyukai ancamanannya. ketika ia menatapku tajam dengan mata kucingnya duniaku serasa kembali berbunga. padang pasir yang semula kering seketika mendapatkan hujannya. its her.
definitely her.
mata hitamnya perlahan berubah biru.
rambut legamnya perlahan berubah pirang.
wajah bonekanya perlahan berubah menjadi dia.she's is coming from heaven.
"matamu. aku pernah mengenalnya," ucapku berbinar. hirai tersenyum, hingga dua matanya ikut membentuk senyum. senyum paling manis yang pernah kulihat. "kudengar kekasihmu sudah mati? dan kau berniat balas dendam pada pembunuhnya?..."
"... kuberitahu satu hal, jimin-san, mata ini sudah melihat semuanya. mungkin kekasihmu. mungkin pembunuhnya. atau... mungkin keduanya?"