"Kau mau pergi kemana?"
Jungkook menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Seorang gadis berdiri dengan berkacak pinggang bangga karena berhasil memergokinya yang sedang membolos. Ia memandang gadis itu datar.
"Aku mau pulang," jawabnya singkat dan kemudian melanjutkan langkahnya kembali.
"Ya, Jeon Jungkook! Aku akan melaporkanmu jika kau benar-benar membolos!" ancam gadis itu.
Jungkook mendengus. "Lakukan saja sesuka hatimu, bodoh! Aku tidak takut!" serunya tanpa memandang gadis itu. Gadis itu menggeram. Ia berjalan menyusul Jungkook, mencengkeram lengan lelaki itu dan menggigitnya.
"Ya! Apa yang kau lakukan!?" Jungkook langsung menarik tangannya yang digigit oleh gadis berkuncir satu itu. Ia meringis nyeri.
"Itu sebagai balasan karena menyebutku 'bodoh'!" Gadis itu menjulurkan lidahnya mengejek Jungkook dan berjalan mendahului Jungkook.
Jungkook memukulkan bukunya keatas kepala gadis itu hingga gadis tersebut mengeluh kesakitan. "Lalu kenapa kau tidak sekolah juga, Cerewet?" sindir Jungkook.
"Karena jika kau membolos, maka aku juga harus membolos," jawab gadis itu sambil mengelus-elus kepalanya yang terasa nyeri karena pukulan Jungkook tadi.
Jungkook tersenyum mengejek. "Tapi kau sekolah untuk masa depanmu." Nada bicaranya berubah menjadi sedikit serius. Membuat gadis disampingnya merinding.
"Tumben sekali kau mengatakan hal-hal seperti itu."
"Aku serius, Bodoh!"
"Baiklah baiklah, Pak Tua."
Mereka kembali berjalan, tanpa ada perbincangan apapun. Hingga mereka berhenti didepan sebuah rumah besar dengan pagar yang menjulang tinggi.
"Jika aku tahu kau akan membawaku pulang, aku tak sudi membolos bersamamu!" rutuk gadis itu kesal karena Jungkook benar-benar memaksanya untuk pulang. Ia bahkan ditarik seperti anak kecil dan itu sangat memalukan!
Jungkook hanya tersenyum, menampilkan kedua gigi kelincinya. "Berbahaya jika kau berada diluar rumah. Kau itu penakut."
Jungkook hendak mengacak rambut gadis itu, namun tangannya ditepis cepat. Ia menatap gadis yang kini hampir menangis itu. "Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" desis gadis itu.
Lelaki bermata cokelat pekat itu menatap diam, menghembuskan nafasnya dan mengulum kedua bibirnya sebentar. "Kau tidak melakukan kesalahan, Choi Arin. Akulah yang telah berbuat salah..." ujar Jungkook.
"Aku telah membuat diriku sendiri diikuti..."
"Oleh siapa?" tanya Arin. Ia menatap Jungkook sendu.
"Funeral. A funeral is following me..."
"Berhenti mengada-ada!" Arin memukul bahu Jungkook keras hingga lelaki itu sedikit terhuyung mundur. "Stop being like you're not gonna comeback..."
Arin menggigit bibir bawahnya keras, berusaha menahan isakan yang hendak terlontar.
"Stop acting like you're gonna leave me..."
Tangisnya pecah, memecah paginya yang buruk. Langit berubah menjadi mendung. Rintik-rintik hujan mulai menjatuhkan dirinya.
Jungkook hanya menatap diam. Ia tak berani untuk menyentuh gadis itu atau bahkan menenangkannya. Everything she said was right. He can't deny it.
"Maaf..."
Hanya itu ucapan yang Jungkook lontarkan sebelum ia akhirnya benar-benar meninggalkan Arin dalam hujan deras.
And crying.