lie (end)

410 48 3
                                    

"baguslah jika kau telah mengerti."

sambungan ditutup. apa lagi ini? seulgi merasa sangat sedih. orang yang ia cintai akhirnya membalas perasaannya diatas pernikahan yang hancur. siapa yang bisa di salahkan? seulgi sudah berusaha dan ia masih mencintai jimin. sekarang apa?

mijin tertidur. wajahnya mirip sekali dengan jimin, lelaki yang ia rindukan. seulgi duduk dengan menghela nafas panjang. jika di perhatikan, beberapa kali airmata tipis terjatuh. hanya orang bodoh yang tidak menangis jika demikian. lagipula ini bukan salah anaknya, ego mereka berdua yang menguasai.

"kau ingin bertemu dengan papa, mijin?" gumamnya pada bayi yang tertidur dalam balutan selimut lembut.

"apa kau akan senang jika papa ada disini bersama kita?" lagi-lagi bergumam.

"kau sangat mirip dengan papa. apa yang akan papa lakukan lagi pada kita, mijin? aku takut..."

setelah hari itu, seulgi selalu menatap telepon dengan penuh perasaan. setiap deringnya penuh harapan dan selalu berakhir kekecewaan. jimin tidak lagi menelepon ketika seulgi putuskan untuk memaafkan. bukan untuk dirinya, tapi satu-satunya cinta yang ia miliki.

bulan berganti wujud. teror dari jimin tidak pernah muncul lagi. kabarnya tidak pernah terdengar. jauh dalam hatinya, seulgi rindu suara jimin bahkan hanya lewat telepon. terakhir lelaki itu buatnya menangis dan berakhir dengan tangisan jimin diujung telepon.

ia masih seorang istri, bukan?
pernikahan mereka memang hancur secara ego, tapi masih ada hukum yang mengekang mereka. hal itu membuat seulgi yakin untuk mengunjungi kembali rumah jimin-rumah mereka dulu. hanya sekedar berkunjung. putusannya bisa berubah tergantung kondisi yang ia lihat.

stoller mijin didorong setelah keluar dari taksi. gerbang besar terbuka dengan sendiri, mungkin pengawas cctv masih mengenali dirinya.

rumah yang luas, tapi tidak hangat. harta yang banyak  namun tidak manis. ternyata benar kata orang, uang tidak bisa membeli kebahagiaan. seulgi pernah berada diposisi itu.

seulgi tersenyum pada tukang kebun yang tidak terganti semenjak kepergiaannya. jantungnya berdegup kencang ketika hendak masuk. rumah ini penuh kenangan menyakitkan yang tidak ingin ia bagi ke mijin. mungkin sejarahnya akan berubah untuk mijin nanti.

semuanya masih sama sejak terakhir padahal sudah cukup lama. sofa yang sering menjadi tempat tidurnya ketika menunggu kepulangan jimin masih ada disana. meja makan yang menjadi satu-satunya saksi pertemuan canggung sebuah pernikahan juga masih disana. yang berbeda kini adalah seluruh dinding tergantung wajahnya. skala kecil dan besar. tidak ada pajangan lain selain wajahnya. ketika ia kecil, remaja, pre wedding, hari pernikahan bahkan fotonya yang sedang tertidur. darimana semua foto itu berasal?

gema dari ujung tangga muncul. langkah kaki kecil dan semakin memudar. jimin menuruni tangga dengan wajah khas bangun tidur. seulgi memang sengaja datang pagi sekali, di jam biasa jimin terbangun. tentu saja mijin masih tertidur sepanjang perjalanannya ke rumah ini.

seulgi memperhatikan jimin yang mengucek matanya berkali-kali sambil mengoceh kecil. entah apa yang diocehkannya. mata kecilnya memicing kemudian menguceknya lagi, kali ini diiringin dengan cubitan kecil ditangan.

"kang seulgi?" barulah lelaki itu memanggil namanya setelah berkali-kali menolak visualnya sendiri.

"kau masih bangun sepagi ini ya ternyata," sapa seulgi.

"kang seulgi?" jimin masih memanggilnya dan mendekat. "kang seulgi, is that you?" panggilnya lagi ketika mereka berhadapan.

seulgi mengangguk. "its me..."

"oh my god..." jimin mengusap kasar wajahnya. "i thought i was dreaming. its you! you're here-" sambutan itu berhenti ketika rengekan mijin terdengar. seulgi langsung membuka penutup stoller dan menepuk-tepuk tubuh mijin pelan, sekedar untuk menenangkan bayi itu agar tidak terbangun dari tidurnya sambil bersenandung kecil. rengekan itu hilang dan mijin masih terjaga tidurnya.

"akhir-akhir ini dia selalu seperti itu ketika tidur-"

tubuh seulgi langsung didekap erat oleh jimin. sangat erat sampai ia merasa nyeri. "terima kasih sudah menjadi orangtua untuknya. terima kasih untuk cintamu padanya. terima kasih... terima kasih. maafkan aku... aku benar-benar minta maaf telah menjadi lelaki brengsek. aku menyesal... aku..."

"jimin, kau memelukku terlalu erat. aku tidak bisa bernafas."

"tidak bisa, kang. ini satu-satunya kesempatanku untuk menyentuhmu. aku tidak bisa melepaskanmu. aku ingin merasakanmu untuk sebentar saja."

"jimin, kau menyakitiku. setidaknya berikan aku ruang untuk balas memelukmu."

mendengar hal itu membuat jimin mengendurkan dekapannya dan mendapat balasan peluk dari seulgi.

"maafkan aku, kang seulgi..." bisik jimin.

"ada hal yang tidak bisa diperbaiki dan ada yang hal bisa dimulai."

"aku salah. aku menyesal. aku minta maaf. semua salahku sampai kita menjadi begini..." jimin memeluk seulgi seakan wanita itu akan hilang lagi. dan seulgi mampu mendengar degup jantung lelaki itu yang bergetar hebat.

"jimin, bagaimana jika kita mulai lagi? pernikahan ini, orang tua untuk mijin dan komitmen bersama? sejujurnya aku sedih atas apa yang terjadi dan itu memang tidak bisa diperbaiki. tapi memulai sebuah lembaran baru? bukankah itu terdengar menakjubkan. kau, aku dan mijin..."

"dan lima anak lainnya," sambung jimin yang membuat keduanya tergelak tawa. "aku tidak ingin punya anak sebanyak itu." seulgi merenggut lucu hingga membuat jimin gemas. "baiklah, dua anak lainnya." dan seulgi mengangguk semangat.

tatapan jimin berubah sendu. ia rindu wanita ini. kerinduannya membuat gila sampai ia harus memajang seluruh rumah dengan wajah seulgi agar ia terus terngiang olehnya. keriduannya tidak terbendung bahkan dengan seluruh wajah seulgi disetiap ruangan, hingga membuat lelaki itu menginginkan lebih. ia teror seulgi dengan panggilan-panggilan menganggu hanya untuk mendengar suaranya. teror pun tidak mampu menampung kerinduannya sampai ia menguntit diam-diam kehidupan wanita itu. dan kini, bahkan setelah menyentuh wanita itu, kerinduannya tidak hilang. mungkin tidak akam bisa hilang selama wanita itu tidak bersamanya.

kecupan manis yang berubah menjadi cumbu lembut mengatakan bahwa rindunya besar, tidak tertampung dan meluber. jimin cinta seulgi.

"aku cinta kamu, kang seulgi..."

"aku tahu itu..."

sejak awal, pernikahan mereka berdiri diatas ego. ketika jimin menghancurkan dinding egonya, seulgi malah membangun dinding lain, menanti dinding tersebut keropos. dan setelah dinding itu hancur, ego yang sudah terkalahkan oleh cinta memilih untuk mundur.

even though we never said it to each other,
we knew.

LUSTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang