Tiga tahun dan memenangkan perang, Archileon pulang dengan kenyataan bahwa istrinya mengajukan perceraian. Wajar saja, sebulan setelah pernikahan ia langsung pergi menuju medan perang dan tidak kembali selama tiga tahun. Ia tinggalkan pernikahan politiknya.
Pahlawan perang itu menyetujui perceraian.
###
Alkina tidak pernah bertanya mengapa seorang bangsawan besar seperti Archileon mau menikahinya. Wanita itu berharap pernikahan ini membawa hal yang bagus, untuk dirinya maupun keluarga bergelar baronnya. Lalu Archileon meninggalkannya selama tiga tahun demi memenuhi tugasnya sebagai ksatria kaisar yang setia.
Ia putuskan untuk mengakhiri pernikahan yang hampa ini.
###
Kompetisi berburu tahunan yang diselenggarakan oleh kekaisaran berlangsung selama tiga hari. Partisipan yang berasal dari luar ibukota biasanya mendirikan tenda sendiri di lapangan bersebelahan dengan bibir hutan tempat pelaksanaan berburu. Akan tetapi beberapa partisipan dari ibukota pun turut membangun tenda untuk persiapan yang efisien dalam kompetisi.
Yang selalu menjadi topik utama dalam kompetisi ini adalah berapa banyak batu mana yang akan dikumpulkan oleh Duke Tarrant, sang pahlawan perang. Kemampuannya dalam bersenjata tentu akan menguntungkan dalam memburu dan mengambil batu mana yang merupakan sumber kehidupan para monster.
Musim kawin monster adalah bencana besar bagi kekaisaran. Kecepatan dalam berkembang biak membuat populasi monster membludak dan akhirnya memasuki pemukiman penduduk. Mereka dinamai monster karena bentuk dan sifat yang buruk, bahkan membahayakan. Oleh karena itu kompetisi berburu ini dilakukan setiap tahun untuk menghentikan perkembangbiakkan monster. Atau bisa dibilang kekaisaran ingin memusnahkan monster-monster tersebut.
Batu mana—mana stone—yang menjadi sumber kehidupan monster memiliki harga jual yang tinggi. Dengan resiko yang tinggi pula namun memiliki kekuatan magis, manusia memperjual-belikan batu mana sebagai alat sihir elit. Menghangatkan dan mendinginkan ruangan, merekam kejadian dan belum lama Menara sihir berhasil mengembakan komunikasi virtual melalui batu mana.
Kualitas batu mana dilihat dari jenis monsternya. Semakin berbahaya sang monster, maka semakin berkualitas dan memiliki kekuatan magis yang kuat juga.
Kompetisi hari pertama akan segera dimulai. Para pastisipan yang terdiri dari bangsawan elit sampai ksatria biasa turut hadir. Biasanya ksatria-ksatria tersebut mengikuti kompetisi untuk mendedikasikan batu mana yang ia dapat pada nona muda pujaan hati mereka. Tidak berbeda, nona-nona ini menghadiri kompetisi untuk mendukung pujaan hati mereka dan berharap seseorang akan memberikan batu mana.
Duke Tarrant, Archileon, sedang mengecek persiapan kuda yang akan ia tunggangi setelah menolak puluhan sodoran sapu tangan dari para nona yang percaya benda tersebut akan membawa keberuntungan. Kemudian ia memanjat tubuh tinggi kuda hitamnya karena aba-aba perburuan hendak didengungkan.
Semua orang sudah siap dengan kudanya masing-masing dan serentak mengalihkan pandangan pada satu arah. Salah seorang menceletuk,
"Aku tidak percaya seorang wanita mampu untuk membunuh seekor monster."
Archileon turut menorehkan pandangan pada sosok yang dicemooh oleh orang tadi. Tubuh ramping dengan balutan pakaian sederhana, rambut cokelat gelap terikat tinggi dan menggendong panah silver yang kontras dengan warna mata emas tajamnya. Archileon terkejut.
Alkina.
Wanita itu menggiring kuda putih masuk ke dalam lapangan tanpa memedulikan pandangan remeh dari ksatria-ksatria.
Apa wanita itu akan ikut berburu?
Archileon menarik tali kekang kuda dan menuntunnya kepada Alkina.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya, menghentikan gerak Alkina yang hendak menaiki kuda. Wanita itu menoleh. "Berburu," jawabnya singkat, kemudian menaiki kuda dengan mudah. Alkina kembali menatap Archileon dari atas kudanya, membuat keduanya hampir sama tinggi hanya saja kuda Archileon lebih besar dari miliknya.
"Kau tidak bisa berburu."
"Ya, aku bisa. Dan aku akan."
"Ini Hodus, bukan hutan yang biasa kau datangi untuk berpiknik. Ratusan monster bersarang disini, bukan sekedar rubah yang sering kau lihat. Kau tidak bisa ikut berburu."
Alkina mengangguk-anggukkan kepalanya kecil, seolah setuju dengan ucapan Archileon. "Syarat mengikuti kompetisi ini adalah siapapun yang merasa mampu, dan aku...." Ia menunjuk dirinya sendiri. ".... merasa mampu. Jadi tidak ada masalah."
"Ini berbahaya, Alkina," tegas Archileon lagi.
"Berbahaya atau tidak, itu bukan kuasamu untuk mengaturku."
Belum sempat Archileon mendebat ucapan Alkina, terompet didengungkan dan menandakan perburuan dimulai. Alkina dan kudanya berlari kencang memasuki Hodus, hutan milik para monster yang katanya memiliki kekuatan magis misterius.
Archileon berusaha mengejar Alkina, namun begitu memasuki Hodus ia kehilangan jejak wanita itu. Kelembaban dan suasana gelap yang menjadi ciri khas Hodus tidak menakuti Archileon. Lelaki itu sudah melewati berbagai macam kengerian, termasuk kematian. Namun kali ini ia mengutuk hutan ini karena tidak memberikan kesan seperti hutan lain yang biasa dikunjungi gadis-gadis untuk berpiknik. Hutan ini akan menakuti Alkina.