"apa kabar?"
irene mengerut dan bibir kecilnya menggerutu. apa kabar??? hanya 'apa kabar' yang diucapkan setelah tiga tahun??? menggelikan. dirinya sakit hati. kalimat 'apa kabar' bukanlah sesuatu yang ingin ia dengar. bodo amat kalau sikapnya kekanakan. iya, ia emang kekanakan. terserah.
berkeliling mall tanpa tujuan karena irene keburu dongkol. jadi, ketika ia melihat mall tak jauh, mobilnya langsung masuk. lucunya, ia lupa bawa dompet. sepertinya tidak bisa bayar parkir juga.
siapa yang bisa ia hubungi? plis, jangan orang itu. siapa lagi yang bisa ia andalkan? haahh... orang itu juga.
"ya ampun..."
irene melirik. orang itu. nafasnya tersengal seperti berlari atau hanya jalan cepat. pokoknya ia kecapekan. dengan tangan terlipat di dada, irene berkata dengan ketus, "mana?"
orang itu memberikan dompet hijaunya yang tertinggal di atas kasur. namun ketika irene hendak menarik, ternyata orang itu juga tidak melepaskan dompetnya.
"apaan sih, seokjin?!" irene kesal.
"kamu kenapa sih main pergi-pergi aja?" kata orang itu, seokjin. irene tak menjawab, justru tak jadi mengambil dompetnya dan berjalan pergi.
"ren..." panggil seokjin, menyejajarkan langkah. "kenapa sih? kalo aku bikin salah ya ngomong dong biar aku tau."
"bukan urusan kamu dan kamu gak perlu tau!" ketus irene. seokjin dibuatnya pusing. "ren, kan aku udah nepatin janji aku. aku selesai kuliah tiga tahun biar kita gak ldr-an terus," jelasnya.
irene masih dongkol. ngambek sebenarnya. "itu urusan kamu mau kuliah berapa tahun juga, aku gak maksa kamu harus selesai tiga tahun."
seokjin berhenti berjalan sedangkan irene masih lanjut dan tidak mempedulikan cowok itu. tapi, perlahan langkah irene melambat. cewek penuh gengsi itu berharap kalau seokjin kembali mengejarnya.
"ren..." panggil seokjin lagi. dan irene kembali mempercepat langkahnya. akan tetapi, tangannya di tarik paksa oleh seokjin sampai tubuhnya limbung.
"seokjin!" seru irene.
"temenin aku kesini yuk!" seokjin menariknya ke depan sebuah toko.
"mau apa sih kesini segala?" gerutu irene begitu memasuki toko, dipaksa oleh seokjin dengan tangannya digandeng erat.
seokjin tersenyum. "mau beliin cewek yang ngilangin cincin tunangannya setahun yang lalu."
bukannya ikut senyum, irene semakin cemberut. "bukan salah aku kalo cincinnya tiba-tiba jatoh di air terjun!" belanya sambil mencubit perut seokjin. meringis kesakitan, seokjin terkekeh geli.
"kenapa sih jawabnya gak bisa manis sedikit? aku kan kangen..."
pipi irene memerah. kalimat itu!
ini yang irene tunggu-tunggu sejak tadi. kalimat rindu, bukan 'apa kabar' singkat. siapa yang tidak ingin mendengar kalimat itu setelah tiga tahun terpisah jauh? seharusnya tanpa irene ngambek, seokjin sudah harus tahu itu."cieee malu—aaww!!" seokjin langsung mengaduh begitu irene menyodok perutnya dengan siku.
"berisik!" seraya melepaskan gandengannya dengan seokjin, irene dengan semangat menuju meja yang dipenuhi perhiasan. "liat aja aku bakal bikin kamu bangkrut karena udah buat aku kesel!"
"gak papa, kamu juga yang nanti bakal ikut ngerasain hidup susah bareng aku."
"idiiihhhh ogah!"
terkekeh, seokjin hanya berkata, "yaudah pilih yang kamu suka, yang bakal keliatan cantik di jari kamu waktu aku jadiin kamu istri aku."