the Love Loser

547 56 19
                                    

requested by kesayangan nunayepo

###

Seokjin menyukai hari ini. Hari dimana ia akan memiliki Irene. Hari pernikahan mereka.

Ia membuka pintu besar, memasuki ruangan itu dan mendapati seorang wanita cantik tengah memandang wujudnya dipantulan cermin. Gaun putih dan buket bunga yang ia pegang membuatnya semakin menawan. Seulas senyum Seokjin terukir. Ia berjalan menghampiri Irene yang sepertinya menyadari keberadaannya namun lebih memilih diam.

"Hai...Kau sudah siap?" ucap Seokjin sambil memeluk pinggang Irene. Ekspresi wanita itu tidak berubah. "Siap tidak siap acara akan tetap berjalan. Berhenti berlagak seperti kau mengenalku."

Dengusan terdengar, Seokjin balas berkata, "Kau benar. Aku tidak seharusnya bertanya seperti itu." Padahal ia hanya ingin membuat hubungan yang lebih intim dengan wanita ini, tetapi perasaannya masih tidak berbalas. "Kalau begitu sampai bertemu di aula nanti." Tangannya yang hendak melepas pelukan ditarik kembali oleh Irene, membuatnya kembali memeluk wanita itu.

"Mengapa jantungmu berdegup sangat kencang?" tanya Irene.

"Karena kau begitu cantik," jawab Seokjin. Semburat merah bersemu di pipi Irene.

"Kau tahu walaupun kita menikah aku masih akan menemui kekasihku. Kami masih berhubungan," lanjut Irene lagi. Sekarang Seokjin mengerti mengapa Irene memaksanya untuk memeluk tubuhnya lagi, wanita itu membayangkan bahwa ia adalah kekasih hatinya. Hati Seokjin tercubit sakit, tapi ia dapat mengerti. Sejak awal Irene sudah mengatakan bahwa ia tidak menginginkan pernikahan ini. Dirinyalah yang memaksa wanita itu, maka ia juga harus menanggung resikonya.

Seraya tersenyum getir, Seokjin meletakkan dagunya pada bahu Irene, "Aku sedikit kecewa mendengarnya," bisiknya.

###

Dua minggu sebelumnya


Telunjuk Jimin mengarah padanya. Dengan wajah yang merah dan terpacu alkohol, Jimin berkata, "Kau juga belum menceritakan masalah percintaanmu, Tuan Kaya Raya."

Seokjin sedikit terkejut. Pikirannya langsung terarah pada Irene. Wujud wanita itu tiba-tiba saja muncul dalam pikirannya. Entah karena ia sudah lama tidak bertemu dengan wanita itu atau karena alkohol yang juga ia tegak, Seokjin merasa hangat. Bahkan dengan bayangannya saja dapat membuat Seokjin nyaman. Bagaimana dengan seluruh cinta milik wanita itu? Bisa dapat Seokjin bayangkan bagaimana dirinya serasa melayang.

Ia tersenyum. "Yah, aku jatuh cinta pada gadis yang akan menjadi istriku pada pernikahan bisnis nanti."

Bisa dilihat Jimin yang tertawa remeh. "Pecundang," sindirnya.

"Aku tahu."

Lalu mengambil kembali kaleng minuman beralkohol. Menegak air jahat itu hingga membuatnya tak terkontrol. Sekali saja ia ingin menjadi seorang pecundang. Ia selalu menuruti kemauan orang lain. Mimpinya menjadi seorang aktor harus kandas karena ia harus meneruskan perusahaan, keinginannya untuk tinggal bersama dengan ibu kandungnya harus terhalang dengan status 'anak haram' dan sekarang ia hanya ingin Irene. Mimpinya kali ini tidak boleh hancur. Walaupun pada akhirnya hanya ia yang merasa beruntung.

Pandangan Seokjin tidak buram, tapi pikirannya sudah menghilang. Ia malah membelokkan mobilnya ke gedung tinggi dimana wanita pujaannya bersemayam. Bel pintu ia pencet berkali-kali, tidak peduli bahwa ini sudah lewat tengah malam. Pintu didepannya harus terbuka.

LUSTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang