yellow winter (2)

294 34 1
                                    

July baru saja hendak menutup pintu tokonya ketika mendadak muncul tetangga yang nampak habis berlari. "Seulgi?" July membuka kembali kunci pintu dan membukakan pintu untuk tetangganya. "Hai, Mijin!" sapanya ketika melihat sosok kecil mengekori Seulgi dari belakang.

"Maaf jika kami menganggu, tapi kami sedang membutuhkan... apel," jelas Seulgi dengan tawa canggung. "Kami sedang membuat pie apel ketika menyadari bahwa apel persediaan kami habis," lanjutnya lagi tanpa July pinta. Tentu saja dengan senang hati July berikan apel-apel di toko buahnya. Lagipula dirinya dekat dengan Mijin jadi tidak masalah, selagi malam belum terlalu larut.

"Satu keranjang apel untuk Mama Mijin dan satu keranjang lagi untuk Mijin karena mendapat nilai sempurna dalam kelas alam." July mengelus puncak kepala Mijin yang menyunggingkan senyum lebar. "Papa Jimin bilang akan datang malam ini, jadi kami membuatkan pie apel kesukaannya," sahut Mijin riang.

Sedikit bingung, July bergumam, "Papa?" lalu berpaling pada Seulgi. "Cerita yang panjang," jawab Seulgi tapi July mengerti. "Aku turut bahagia, Seulgi. Jadi sekarang kalian akan tinggal bertiga, kan?" Seulgi tidak menjawab, hanya memberikan senyum singkat sambil menyerahkan uang pada July.

"Kapan-kapan kau bisa mengenalkan Jimin padaku," sahut July yang membuat Seulgi langsung menatap tegang padanya.

"Bukankah... kau pernah bertemu dengannya?" tanya Seulgi hati-hati. July balas menatap bingung. "Kapan?"

Seulgi langsung menggeleng. "Lupakan saja. Mungkin saat itu orang lain."

"Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku? Ayolah, kita sudah lama mengenal satu sama lain."

"Tentu saja tidak. Ingatanku saja yang buruk. Ngomong-omong, bagaimana dengan Sebastian?"

"Pendatang aneh itu? Entahlah, sudah beberapa hari ini dia tidak muncul di tokoku. Bisanya hanya membuat keributan saja. Lapor padaku jika dia melakukan sesuatu buruk padamu, akan kuusir dia dari desa ini. Aku punya firasat dia orang yang jahat," sembur July dengan nada tak senang. Tapi Seulgi tetap tidak memberikan reaksi, justru raut tak biasa yang muncul.

"July... kau pernah mendengar tentang Winter?"

LUSTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang