"Ada yang aneh..." Jimin membisik padaku. Aku mengedarkan pandangan pada hal yang dimaksud oleh Jimin. Ya, sesuatu sedikit aneh. Bahkan untuk malam-malam yang sunyi, tidak pernah kurasakan akan sesepi ini. Bulan yang tertutupi awan membuat semuanya semakin gelap. Kutatap Jimin yang langsung mengerti isyaratku. Kami berdua berpisah untuk memeriksa setiap sudut tempat ini. Tergenggam erat ditanganku pistol yang baru kudapat seminggu yang lalu.
Aku melangkah dengan pelan, berusaha untuk tidak menimbulkan bunyi apapun. Pandanganku menjadi awas untuk sesuatu yang muncul mendadak. Hampir seluruh area telah kujelajahi, tetap aku tak menemukan apapun. Kuputuskan untuk menemui Jimin dan,
DOR!!!
Suara tembakan memekkan telingaku. Aku sempat terkaget namun responku lebih cepat dari rasa kagetku sendiri. Aku berlari menuju arah tembakan terjadi yang mana merupakan tempat Jimin seharusnya berada.
DOR!! DOR!!
Aku menjatuhkan diriku dan berlindung dibalik drum-drum kaleng bekas saat dua tembakan diarahkan padaku. Nafasku memburu. Dapat kulihat Jimin yang tengah bersembunyi tak jauh dariku. Aku sedikit lega, tentu saja aku tidak boleh meremehkan sahabatku yang satu itu hanya karena sebuah serangan mendadak.
Kufokuskan pada pistolku, mengecek peluru yang tersisa. Cukup banyak untuk malam ini. Setelah beberapa tembakan dilemparkan pada kami, aku mulai balas menyerang. Kutembak dengan sembarang tempat sang penempak berada. Tidak terlalu sembarang, tapi aku yakin bahwa salah satu dari mereka terkena tembakanku. Beberapa kali aku menembak hingga peluruku habis. Aku menoleh pada Jimin yang menembakkan peluru terakhirnya juga. Sunyi, tidak ada serangan balasan. Yang kemungkinan tembakan kami berdua tepat sasaran.
Tapi kami tidak boleh lengah karena mereka tidak datang dalam jumlah yang kecil. Kuberikan isyarat lagi pada Jimin. "SEKARANG!!"
Aku dan Jimin keluar dari persembunyian kami. Berlari dengan sekuat tenaga.
BAAMM!!!
Sebuah bom meledak tepat dibelakang kami. Aku terlempar jauh namun Jimin tetap bertahan. Lelaki itu menghampiriku dan membantuku untuk berdiri. Aku bisa merasakan kulit punggungku yang terbakar dan beberapa benda yang menancap disana, tapi yang menjadi prioritasku adalah menyelamatkan diri. Kupaksakan tubuhku yang mengerang kesakitan untuk berlari walaupun tidak secepat sebelumnya.
Tidak sampai disitu, sebuah mobil mulai mengejar dan menembaki kami. Membuat aku dan Jimin terpaksa bersembunyi. Kami memilih untuk memasuki hutan yang mana seharusnya menjadi tempat paling rawan dalam medan perang.
"Kau sudah menghubungi yang lain?" tanyaku terengah-engah.
Jimin mengangguk. "Sudah kucoba tapi tidak ada sinyal disini."
"Kau panjat pohon itu. Aku membutuhkan Taehyung secepat mungkin..."
Jimin mengangguk patuh. Dengan sigap ia memanjat pohon yang kutujukan. Dan aku dengan kesakitan menyandarkan tubuhku pada batang pohon. Perih dipunggungku membuat seluruh badanku terasa nyeri. Mungkin kulitku mengelepuh akibat ledakan tadi. Aku berusaha untuk menahan eranganku agar tidak terdengar.
Kemudian Jimin pelan-pelan turun dari atas pohon. "Hoseok, mereka akan datang sebentar lagi..." bisiknya. Aku mengangguk dan menyuruh Jimin untuk duduk disampingku. "Kau terkena ledakan?" tanya lelaki itu yang kubalas dengan anggukan.
"Rasanya seluruh punggungku terbakar semua... sstt!"
Aku menghentikan ucapanku saat mendengar langkah-langkah berlari tak jauh dari tempat kami berdiam.
"Kemana mereka?!"
"Jangan sampai kehilangan jejak mereka!"
"Shark akan marah jika kita gagal kali ini!"
Aku dan Jimin mendengarkan dengan seksama percakapan yang orang-orang itu lakukan. Shark? Nama yang terdengar familiar. Aku mengeryitkan dahiku saat mendengar nama itu disebutkan. Begitu pula Jimin. Sepertinya kami memiliki pemikiran yang sama tentang sosok Shark ini.
"Surprise?"
Suara yang akrab ditelingaku terdengar bersamaan dengan beberapa bunyi pukulan dan erangan kesakitan. Aku langsung menggumam,
"Jeon Jungkook..."
Itu adalah bantuan kami.
###
"Aw!"
Aku terus mengerang saat kapas-kapas ditangan Taehyung menyentuh punggungku. Apalagi saat alkohol itu menembus masuk kedalam kulitku. Rasanya tak bisa kubayangkan lagi.
"Aw! Ya! Lakukan pelan-pelan!" protesku. Taehyung yang sedari tadi mengobatiku tidak menghiraukan semua kicauanku dan malah mengobatiku dengan kasar. "Ya! Kim Taehyung!" seruku lagi.
"Jika kau tidak bisa diam kali ini, maka aku akan melakukannya dengan tidak baik," cetus lelaki itu. Membuatku hanya bisa terdiam.
Setelah pengobatanku selesai dan punggungku kini berbalutkan perban, aku terbaring disofa. Kulirik jam yang mengarah pada angka tiga. Tiga pagi. Semua orang disini telah terlelap. Jimin dan Jungkook yang berbagi selimut, Yoongi yang mengambil alih kasur seorang diri dan Taehyung yang terlihat mengantuk dan berjalan menuju kasur dimana Yoongi tidur. Namjoon dan Seokjin tidak berada disini.
Aku melirik lagi jam dinding yang terus bergerak. Aku bimbang apakah aku harus menetap disini atau pulang kerumah. Karena dirumah, ada seseorang yang mungkin menungguku. Mungkin ia belum tidur dan menunggu kepulanganku. Atau ia akan ketiduran karena menunggu kepulanganku. Tapi, aku tidak bisa pulang dalam keadaan terbalut perban. Itu akan membuatnya khawatir. Aku tidak boleh menunjukkan kelemahanku sedikitpun.
"Tidurlah..." tegur Taehyung yang ternyata belum tertidur. "Jika kau bingung, maka pulanglah..." lanjutnya lagi.
"Aku tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini, Taehyung..."
"Lalu kau akan terjaga sepanjang malam? Kemungkinan gadismu juga telah tertidur..."
"Ya, kau benar." Aku memejamkan mataku, mengusahakan diriku untuk tidur. "Taehyung..." panggilku.
"Hm?"
"Katakan padanya aku tidak akan pulang untuk beberapa hari. Dan juga, jangan lupa kau belikan ia makanan..."
"Ya."
"Good night."
###
Pintu terbuka. Taehyung masuk tanpa aba-aba dan meletakkan plastik berisikan makanan diatas meja. Gadis yang tengah duduk diam langsung berdiri saat melihat kedatangan Taehyung.
"Apa kabar, Zhou?"
"Dimana Hoseok? Dia tidak pulang semalaman..." ujar gadis itu tanpa menghiraukan pertanyaan Taehyung. Wajahnya terlihat sangat khawatir.
"Tenang saja, dia tidak apa-apa. Tapi sepertinya dia tidak akan bisa pulang untuk beberapa hari dan dia menyuruhku untuk memberikan makanan padamu selama ia pergi," jelas Taehyung.
Zhou, atau Kyulkyung, memasang wajah khawatir. "Memang Hoseok kemana?"
"Dia sedang melakukan sesuatu."