Lagi. Ia kembali menemukan gadis itu terlelap disofa tanpa penghangat apapun ditubuhnya. Menuntunnya mendekat, menghampiri gadis itu hanya untuk sekedar memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja. He just too worry.
Tubuhnya berjongkok, meletakkan tas kerjanya sembarangan. Disingkirkan rambut yang menghalangi wajah cantik gadisnya kebelakang telinga. Sebentar ia pandang wajah yang ia rindukan seharian ini. He obssesed. Too obssesed and makes him crazy. Too obssesed and makes him forced her to be his wifey. He addicted.
Ia kecup pelan bibir ranum gadis berambut blonde tersebut sebelum ia menggabungkan dirinya diatas sofa, memeluk gadis itu untuk tidurnya dengan hanya berbekal sebuah kain tipis untuk mereka berdua. Hangat. And lovely.
##
Aku terbangun. Kurasakan sebuah tangan memelukku erat. Sebuah nafas teratur menyapu leherku, sangat dekat bahkan aku dapat merasakan bibir itu bersentuhan dengan kulitku. Kulirik tangan yang melingkar dipinggangku. Masih terlihat lengan kemeja yang digunakannya kemarin.
Aku berusaha bergerak sedikit. "Park Jimin..." panggilku pelan. Aku menggoyang-goyangkan tangannya. Ia terusik, namun masih tak bangun.
"Park Jimin..." Aku kembali memanggil namanya sambil berusaha melepaskan tangannya dari tubuhku. Ia bergerak, melepaskan tangannya dan memandangku dengan matanya yang setengah mengantuk.
"Selamat pagi..." ucapnya dengan suara yang masih sedikit serak. Ia mengecup sekilas pipi tembemku, for the first time. He did it for the first time in our marriage life! Are you insane, Kang Seulgi?!
Aku sedikit terkejut. Kupandang lelaki itu aneh. Dan dia kembali melanjutkan tidurnya.Oh, Park Jimin, dongeng apalagi yang akan kau ceritakan padaku?