Hoodie hitam, coat abu dan syal berwarna senada menutupi tubuh atletis lelaki bermata sipit itu. Sambil menyesap segelas americano panas, ia menyusuri distrik Akihabara. Distrik kecil dengan orang-orang yang masih berlalu lalang dimalam hari.
Hanya itu. Hanya untuk melepaskan penatnya, ia menjejakkan kaki dinegeri sakura tersebut. Yang mana ia berusaha untuk mencari sebuah jawaban dari pertanyaan tidak logis yang terus berkecamuk dalam pikirannya.
Apa benar dunia ini kejam?
People would say yes, it is.
But he denied.
And still haven't the answer yet.
Kakinya terus melangkah memasuki pasar malam yang penuh sesak. Beberapa kali tubuhnya tertabrak secara tidak sengaja, atau disengaja.
Ia merogoh saku celananya. His wallet is gone, of course. Menjadikan sebuah senyum geli di wajahnya. Sambil menghembuskan uap dari mulutnya, ia terus melanjutkan jalannya. Merelakan dompet beserta isinya lenyap dicuri.
Dipenghujung keramaian, lelaki itu menyaksikan gadis-gadis berseragam sekolah berdiri dimasing-masing toko sambil membagikan selebaran brosur pada pengujung yang lewat. Akihabara, a paradise of Josei-Kosei. Ia terus berjalan, tak tertarik sedikitpun pada gadis Jepang berwajah manis dengan atau tanpa riasan. Dilempar gelas kosong americanonya tepat kedalam tong sampah. Menimbulkan bunyi benturan yang menggema. Lelaki berambut abu itu menatap kosong tong sampah tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang.
Ia mendongakkan wajahnya. Maniknya menatap lurus, bertemu dengan manik lainnya. Manik yang sedari tadi mengamatinya. Sosok tersebut bergerak mengambil selembar brosur dari setumpuk brosur yang dipegangnya. Lalu menyodorkannya pada lelaki itu.
"2 jam untuk 3.000 yen..." ucapnya dengan bahasa jepang.
Namjoon, lelaki dengan rambut abu, tak bergerak. Kedua tangannya tersembunyi didalam saku coat yang ia kenakan.
"Kau tidak mendengarku?" Gadis berseragam sekolah itu mengeryit. "Apa dia tidak mengerti bahasa jepang?" gumamnya. "Excuse me, Sir. You don't understand what I say, right? Are you tourist?" tanya gadis itu bingung. Menatap Namjoon sedikit ragu.
But, Namjoon... he knows japanese. He understand. Yang tidak ia mengerti adalah gadis itu. Salah satu dari sekian gadis pekerja Kosei-Josei. Gadis yang menyodorkan selembar brosur penuh aksara jepang padanya. Gadis dengan gigi kelincinya dan name tag beraksara jepang dengan tulisan Choi Yujin. That girl looks so...
aesthetic?