'Babe?' part flashback (was on SUNSHINE)

890 84 5
                                    

Ketiga kalinya ia membiarkan ponselnya bergetar tanpa berniat menerima panggilan tersebut. Ia menyeruput jus lemonnya disaat ponselnya menampilkan tulisan 'Park Jimin' untuk kesekian kalinya. Tubuhnya terbaring diatas kursi santai, membiarkan matahari membakar kulit mahalnya.

Baru saja ia menutup matanya untuk merileks-kan diri sejenak namun matahari yang sedang ia konsumsi hilang begitu saja. Ia membuka matanya kesal, mendapati lelaki berambut oranye dengan sengaja menghalangi mataharinya. Dan lelaki itu menatapnya datar.

"Mengabaikan panggilanku lagi?"

"I need to get burn. Now get off of my sun!" Aku mendorongnya dari matahariku.

"Kau lebih memilih matahari daripadaku?" Ia tertawa sinis. "I can give you the taste of 'real' burn..."

"How?"

"You. Me. And my bed."

Ia mendecih. "Sex invitation again? No."

"But seriously dear, I loved the way you touch me that night..."

###

Pandanganku serasa berputar. Tubuhku tak dapat kukendalikan. Sial! Aku sepertinya mabuk berat. Seluruh badanku terasa berat padahal aku ingin segera keluar dari pub malam ini. Aku menyandarkan sebentar tubuhku didinding, berusaha untuk mengambil kembali kontrol kesadaranku.

Hembusan nafasku terasa berat, bahkan aroma alkohol menguar kuat. Aku kembali menyeimbangkan langkahku dan tetap gagal. Sebuah tangan menahanku agar aku tak jatuh. Kupandang buram orang yang menahanku. Samar-samar kulihat rambutnya yang berwarna oranye. Park Jimin? Aku tak sempat bertanya karena setelah itu kesadaranku langsung hilang.

##

Aku terbangun dengan keadaan tubuh polos dan berada dalam pelukan Park Jimin. He's naked, too. Tangannya memeluk pinggangku, mengunciku didada bidangnya. Aku menggeliat berusaha melepaskan tangannya. Ia terusik.

"Tak bisakah kau diam? Aku masih butuh tidur..." gumamnya dengan mata setengah terbuka.

"Aku tidak peduli. Apa yang kau lakukan padaku tadi malam!?" ucapku penuh dengan nada protes.

"Excuse me, Miss, you mean 'what am I doing to you last night'?" Ia membuka penuh matanya dan menatapku malas. Tangannya masih tak melepaskanku.

"I didn't mean that!" protesku kembali.

Ia mendekatkan mulutnya ke telingaku. "You became so wild was that and I can handle it," bisiknya seksi, membuatku sedikit 'naik'. Aku menggeleng. "Stop joking, Park Jimin!"

Ia hanya tertawa kemudian mencium bibirku lembut. "Seharusnya kau memberiku ciuman selamat pagi. Aku selalu menantikan itu." Ia melepaskan pelukannya dan mengenakan bathrope yang tergantung disisi kasur.

Aku menghela nafas panjang, menutup mataku dengan lengan. "Mengapa kau selalu ada disaat aku mabuk?" keluhku. Jimin hanya tertawa kecil.

"Karena tidak ada yang kuinginkan selain menghabiskan malam denganmu, Sayang..." Ia menciumku singkat, namun membuaikan. Bibir merahnya yang telah mencicipi setiap inci tubuhku selalu dengan nikmat yang tak ubah. Bisa dibilang aku menyukai setiap sentuhannya. Auranya.

Kupijakkan kakiku ke lantai. Berjalan menuju kamar mandi dimana Jimin sedang berada didalamnya. Kuhidupkan keran untuk mengisi bathup disamping Jimin yang menggunakan shower. Kujatuhkan bath bomb kedalamnya sebelum memandangi cermin.

Yes, Park Jimin. Lihatlah semua bekas-bekas yang kau tinggalkan. It's all over my body.

"Once you in, I'll throw my self in and fuck you harder than last night," ucap Jimin disela-sela shower yang mengalir. Aku memutar mataku sambil tersenyum sinis. "Look how hungry you are!"

"I always hungry for you..."

Aku baru saja hendak memasukkan kakiku ke dalam bathup, tapi Jimin telah mematikan shower dan berjalan kearahku dengan basah kuyup. Jimin tidak bohong dengan perkataannya barusan.

Aku terbuai. Jimin dengan segala permainannya menghipnotisku. Sampai aku tidak sadar bahwa lelaki ini sedang mengambil resiko berbahaya untuk kami.

LUSTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang