julian menatap pintu kaca yang terbuka. seorang cewek berambut kecoklatan masuk dengan agak kikuk. yunevil, yang sebelumnya mengobrol dengan julian bangkit sambil tersenyum.
"ibu karina yuki, silahkan duduk," ucapnya mengarahkan tangan pada sofa berhadapan dengan julian. sang pengacara kondang itu langsung memasang wajah bisnisnya. "karena dua belah pihak sudah hadir, bisa kita langsungkan diskusinya?" ucapan formal yang membuat julian sedikit cringe karena ia tidak terbiasa dengan pengacara yunevil.
lelaki berkulit pucat itu langsung membuka map dokumen yang sudah tersedia di atas meja dan memperlihatkan pada karin.
"bapak julian sudah mengajukan persyaratan lebih dulu, jadi kalau ibu karina ada merasa keberatan atau usulan lain bisa langsung kita diskusikan."
karin melirik isi dokumen tersebut, membaca satu persatu persyaratan yang diajukan oleh calon partner 'bisnis'nya. kurang lebih memang hal yang menguntungkan cowok itu. matanya terpaku pada nomor terakhir.
-masa pernikahan berlaku untuk satu tahun, setelah satu tahun pihak A (julian juventus) berhak untuk mengajukan cerai terhadap pihak B (karina yuki)-
"satu tahun?" ucap karin, yang sebenarnya untuk dirinya sendiri namun didengar oleh semuanya. julian-sang calon suami-akhirnya menatap mata karin. "satu tahun waktu yang cukup," katanya.
tak ambil pusing, karin manggut-manggut mengerti. "satu tahun gak masalah, tapi saya ingin narasinya dirubah bahwa saya sebagai pihak B juga berhak mengajukan cerai setelah masa pernikahan selesai," katanya pada yunevil namun masih dengan menatap julian. selanjutnya baru karin mengalihkan wajahnya pada yunevil. "untuk yang lainnya saya gak ada masalah, tapi saya juga punya beberapa syarat..."
yunevil segera mengambil pulpen dan bersiap mencatat ucapan karin.
"... selama masa pernikahan, pihak A tidak boleh membawa orang ketiga dan hanya menjadikan pihak B satu-satunya pasangan. kalau pihak A melanggar maka pihak A harus membayar denda sebesar sepuluh milyar..."
"... syarat kedua, pihak A tidak boleh melakukan kekerasan terhadap pihak B dalam bentuk fisik maupun mental, secara langsung atau tidak langsung. kalau pihak A melanggar maka pihak A harus membayar denda sebesar sepuluh milyar..."
jemari yunevil mencatat dengan cepat apa yang diucapkan oleh karin. begitu mengonfirmasi kesepakatan keduanya terhadap persyaratan tersebut dan mendapat lampu hijau, yunevil kembali membacakan isi kontrak yang sudah disesuaikan narasinya dengan bahasa hukum.
"baik. kalau begitu kedua belah pihak sudah sepakat dan kontrak ini selanjutnya akan saya urus pada pihak yang berwenang. jika sudah jadi, saya akan hubungi bapak julian dan ibu karina kembali," tutup yunevil dengan gaya pengacaranya yang mampu membuat orang kagum. jelas saja, pengacara dari firma hukum ternama dan sering muncul di televisi. terkoneksi dengan perusahaan top pula.
julian mengalihkan wajahnya pada yunevil. "bang, gue minta air putih dong. seret." cowok itu menunjuk tenggorokannya dan berlagak kesakitan. orang yang sudah ia anggap adik, sekaligus konglomerat dari perusahaan top yang barusan disebut membuat yunevil mau tak mau menurut. "yaudah tunggu disini, gue bawain. karin mau minum apa?" tanyanya yang sudah switch mode ke mode bukan bisnis.
"samain aja," jawab karin canggung.
begitu yunevil meninggalkan kantornya atas permintaan julian, cowok berambut undercut itu membuka obrolan pada karin. "thanks buat kerjasamanya," kata julian.
bahu karin terangkat sedikit. "justru gue merasa diuntungkan juga kok."
"oh ya, by the way, kok bisa lo punya utang di bank sebanyak itu? kalo gue boleh tau sih..."
"apa yang lo harapkan dari bokap gak bertanggung jawab?" respon karin agak sinis. "bisnis bokap ancur dan justru doi malah judi-judian gak jelas. pas utang membludak malah kabur dan dibebanin ke gue deh." cewek yang membiarkan rambut lurusnya terurai itu menjelaskan dengan santai seakan sudah biasa.
"trus nyokap lo?"
karin langsung mengarahkan tangannya pada leher sambil mempraktekkan lidah terjulur. "suicide dong. ngeselin banget ya?"
mendengarnya agak mengejutkan julian, namun apa yang diharapkan dari cowok itu? dia juga seorang yatim piatu yang kebetulan diadopsi oleh keluarga kaya.
"jadi lo sendirian sekarang?"
"ada adek cowok satu, sekarang dia kerja jadi awak kapal yang gatau berlayar kemana. udah setahun gak ketemu. kalo lo?" karin balas bertanya.
balik julian yang mengedikkan bahunya. "orphan. keluarga kandung gatau, keluarga adopsi ada dan lo pasti udah tau juga."
jawaban julian membuat karin tertawa. "iya ya, bego banget gue nanya gitu." kemudian menjulurkan tangannya ke depan julian. "pokoknya untuk satu tahun kedepan semoga kita akur ya, calon suami..."
lalu mengedipkan sebelah matanya pada julian. membuat cowok itu tersenyum geli.