"Karin!"
Wanita yang tengah menyisip air bersoda itu sedikit tersentak ketika namanya diteriaki. Tanpa menghabiskan minuman yang ia dapat secara cuma-cuma dari meja khusus awak media, Karin, menghampiri sang pemanggil.
"Kau harus tetap disampingku atau kita akan ketinggalan momennya!" tegur lelaki berperawakan gembul dengan kameran di tangannya, Matthew, yang juga seniornya di tempat kerja.
Karin mengangguk. "Maafkan aku, Matt," sesal Karin lalu meraih microphone dari tangan Matthew. Ia merapihkan sedikit rambut dan bajunya. Karin melirik awak media lain yang nampak santai menunggu sesi interview sedangkan dirinya gugup setengah mati. Wajar saja, ini adalah pengalaman pertamanya meliput kompetisi balap dan seharusnya bukan ia yang berada disini melainkan Talia jika saja wanita itu tidak menghabiskan malam jumatnya dengan berpesta. Ia bahkan bukan jurnalis!
Deru mesin mobil berserta sorakan penonton terdengar jelas karena sisi awak media yang memang disediakan berdekatan dengan pinggir sirkuit. Tersisa satu putaran U-turn terakhir dan kompetisi akan berakhir dengan penilaian subjektif juri.
"Matthew, aku gugup!" ucap Karin ketika menyadari akhir dari kompetisi akan datang dan waktunya awak media untuk melakukan sesi interview. Karin tidak bohong ketika ia bilang gugup, ia bahkan tidak tahu harus bertanya apa. Dirinya, dua puluh lima tahun, seorang ilustrator di Good Live, ditarik oleh Matthew ketika sedang berjalan ke ruangannya untuk menggantikan jurnalis yang tidak bisa bertugas akibat mabuk berat dan disuruh untuk melakukan interview tanpa pengalaman interview sama sekali! Ingin tahu apa yang lebih buruk? Ia sama sekali tidak tahu tentang kompetisi Drift. Satu-satunya yang ia tahu adalah Tokyo Drift, soundtrack film yang pernah membuatnya terlibat dengan pelanggaran lalu lintas.
Tanpa dibantu oleh Matthew, kompetisi berakhir dan para pembalap keluar dari mobil mereka. Awak media langsung berebut menyodorkan microphone dan menyorot para pembalap, berharap mereka mengatakan sesuatu yang bisa menjadi headline.
Karin, yang terjebak dalam kerumunan awak media, turut menyodorkan microphone tanpa bisa mengajukan satu pertanyaan pun karena ternyata banyak sekali orang-orang egois disana. Raut Matthew nampak tidak begitu bagus karena tidak mendapat apa yang ia inginkan.
"Karin, mulailah ajukan pertanyaan. Buat mereka melihat ke kamera kita."
Oh, fuck you Matt.
Belum sempat Karin mendebat titah Matthew, awak media lainnya sudah berlari mengejar pembalap lain. Begitu pula Matthew yang berlari dengan membawa kamera beratnya. Dengan kakinya yang belum lama keseleo, Karin juga ikut berlari namun kali ini ia hanya mendapat posisi di pinggir sang pembalap karena gerak mereka yang terlalu lambat.
"Julian, apakah Anda optimis akan menjadi pemenang One Formula Drift tahun ini juga?"
"Tentu saja."
"Julian, strategi apa yang akan dilakukan pada kompetisi tahun ini?"
"Banyak strategi, tapi tidak bisa kukatakan disini."
"Bagaimana tanggapan Anda dengan somasi yang dilakukan oleh Alex Turner?"
"Apakah ada gagasan baru dari ArcDouble sebagai sponsor Anda?"
Bermacam pertanyaan diajukan yang tidak bisa diimbangi oleh Karin. Bukan karena topik pertanyaan yang sama sekali ia tidak ketahui, namun jawaban dari sang pembalap yang begitu singkat sehingga menampakkan bahwa dia sama sekali tidak tertarik dan hanya menjadikan interview sebagai formalitas.
Akan tetapi mengapa orang-orang ini begitu bersemangat untuk menginterview pembalap ini?
"... Aku tidak tahu."
"Siapa sebenarnya orang ini?"
Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Karin tanpa sadar. Begitu tatapan semua orang beralih padanya, sang pembalap dan awak media lain, barulah ia mengutuk mulutnya yang tidak bisa dikontrol.
"Dia Julian Juventus, pembalap drift nomor satu di dunia. Apa yang sebenarnya kau lakukan disini, Kid?" tegur salah satu awak media dengan ketus, menciutkan hati Karin yang lemah.
Sang pembalap, Julian, menonjolkan sedikit senyum ketika melihat wajah Karin yang nampak bersalah.
"Well, apa Anda memiliki pertanyaan lain untukku, Good Live Sport?" ucap Julian seraya membaca tulisan dari microphone yang digenggam oleh Karin. Karin tidak semerta membalas pertanyaan Julian akibat syok sebelum akhirnya Matthew menendak betisnya pelan seraya menyorotkan fokus kamera pada Julian yang menunggu.
Menarik nafas panjang, Karin akan mengutuk semua pertanyaan yang keluar dari mulutnya.
"Siapa Anda sebenarnya sehingga bisa menjadi pembalap drift nomor satu di dunia? Dan mengapa Anda memilih drift dari olahraga lain?"
"Aku akan menjawab dari yang terakhir. Kenapa drift?" Raut wajah Julian nampak puas dengan sebuah senyum manis yang jarang ia tampilkan. "Drift memberikanku emosi. Adrenalin ketika aku harus menyeimbangkan kecepatan mesin dan kecepatan roda demi menghasilkan putaran yang sempurna, jejak roda yang terukir di lintasan sebagai jiwa artistik dan asap yang muncul sebagai selebrasi membuatku merasa bebas," tuturnya.
Terus menatap pada Karin, Julian masih berkata, "Dan siapa aku? Aku adalah orang yang mendedikasikan hidupku dalam drift sehingga itu membawaku menjadi orang nomor satu. Apa itu sudah menjawab semua pertanyaanmu, Good Live Sport?"
Hari itu, berbagai headline muncul dengan topik utama "Julian Juventus dan Drift".