Sedang asik menonton youtube, ponsel Hazel berdering dan menunjukkan nama Leonel di sana.
"Halo?"
"Lagi dimana, Zel?" tanya cowok itu tanpa babibu.
"Rumah."
"Gak malam mingguan?"
Menggeser mouse dan mengganti chanel youtube yang ia tonton, Hazel menjawab, "Gak. Aku tuh sebenernya males kalo keluar malam minggu. Macet parah. Kenapa emang?" tanyanya balik.
"Yah, tadinya mau nyusul kalo kamu lagi diluar soalnya aku baru nyampe rumah tapi bosen." Leonel yang memang bekerja di luar kota tidak terlalu sering pulang dan bertemu Hazel pun jarang.
"Kamu pulang kok gak bilang-bilang? Tau gitu kan janjian dulu!" rajuk cewek itu.
"Sengaja gak bilang soalnya mendadak dan besok pagi juga udah harus balik sana lagi," jelas Leonel dengan sabar. Memang selalu seperti itu. Bagi orang yang tidak mengenal Hazel pasti akan merasa tersinggung karena cewek itu judes sekali bahwa dalam nada bicaranya, apalagi jika dibalas dengan nada yang sama pasti akan timbul perang dunia. Solusinya hanya bisa balas dengan sabar dan tenang.
"Ya kamunya juga sih kenapa balik ke sana cepet-cepet!"
Kan, sudah dibilang.
Leonel tidak merespon karena tahu semua hanya akan diputar kembali oleh Hazel yang akhirnya akan berakhir menjadi kesalahannya. Malahan, cowok itu mengalihkan pembicaraan dengan membahas isu yang lalu.
"Hazel, standarnya bisa diturunin dikit gak?"
"Hah? Apaan?"
"Itu... yang beda agama."
Hazel bisa mendengar kekehan Leonel dari seberang sana. Cewek itupun ikut terkekeh.
"Gak bisa. Hehe."
"Masa sih gak bisa? Ayo dong, coba dulu."
Leonel ternyata masih belum menyerah. Membuat Hazel merasa agak cringe. Namun bukan Hazel namanya jika tidak menganggap serius ucapan Leonel.
"Gak mau. Sama kayak coba-coba narkoba yang ujungnya pasti kecanduan. Aku gak mau."
"Oh, berarti aku bikin kecanduan gitu?" ucap Leonel percaya diri.
"Dih, apaan sih?! Kan itu cuman perumpaan aja," sangkal Hazel karena tidak ingin Leonel salah paham atas ucapannya. Agak ngeri juga ya wak.
Leonel terkekeh lagi. "Tapi serius aku udah suka sama kamu lama. Bahkan aku selalu ngabarin kamu pertama kali tiap aku pulang, mama aku aja gak aku kabarin lho!" akunya.
"Ya, tetap aja gak bisa. Aku gak mau."
"Ayo dong, Zel."
Menggeleng seakan Leonel berada di hadapannya, lagi-lagi Hazel menolak.
"Maaf, gak bisa. Salahkan Tuhan kita yang berbeda."