vvvv

488 30 2
                                    

Masih teringat olehku bagaimana takutnya aku ketika lelaki brengsek itu memukul ibuku dengan kayu keras, membuatnya berdarah disekujur punggung. Aku hanya bisa bersembunyi di balik lemari, berusaha tak membuat suara apapun agar tak terpukul juga. Aku terisak dalam diam menyaksikan kejadian-kejadian yang tak seharusnya kulihat.

Setelah itu aku melarikan diri ditengah malam, berjalan tanpa tujuan, tanpa alas kaki. Aku berhenti disuatu tempat yang tak kutahui, menangis keras tanpa berpikir bahwa itu akan mengundang orang-orang untuk berbuat jahat padaku. Kutatap tanah tak berarti, sesekali airmataku jatuh disana. Kemudian sepasang kaki muncul, berhenti dihadapanku tanpa suara. Aku mendongak mendapati lelaki berambut cokelat berdiri menatapku iba. Ia melepaskan jaketnya, lalu menyampirkan jaket tebalnya pada tubuhku yang telah menggigil. Aku tak berbuat apa-apa. Aku kedinginan, kelaparan, ketakutan, dan seluruh tubuhku lemas. Aku tak menolak ketika lelaki itu menggendongku dipunggungnya, membawaku ke tempat tinggalnya yang terasa hangat. Ia memberikan selimut hangat padaku dan secangkir cokelat panas untuk menghangatkan tubuhku. Aku menerimanya dengan sedikit antusias. Aku benar-benar butuh sesuatu seperti ini.

Aku menyesap sedikit demi sedikit cokelat panas sambil sesekali melirik lelaki yang duduk dihadapanku dan tengah menatapku dengan tatapan yang tak dapat kubaca. Ia tak bergerak, tangannya tergeletak rapih menopang wajahnya. Sorot matanya tajam, seakan menelanjangiku yang tertutup selimut. Aku mulai ketakutan. Tubuhku bergidik. Entah apa yang akan dilakukan lelaki asing ini padaku, aku gemetar. Mataku membulat ketika ia bangkit, menunjukkan tubuh seksinya didepanku.

"Namamu?" tanyanya.

"Su-sujeong. Ryu Sujeong," jawabku gugup.

Ia mengangguk mengerti. "Aku mengantuk. Jika kau sudah selesai kau bisa beristirahat disana, kau mengerti?" Ia menunjukkan ruangan dibelakangku kemudian pergi menuju ruangan diseberangnya. Aku memasuki ruangan yang dimaksudkan. Terdapat sebuah kasur kecil dan satu buah lemari yang sepertinya tak terpakai. Aku menempatkan tubuhku diatas kasur yang cukup empuk sebelum aku refleks meloncat turun. Tubuhku dengan sengaja kutempelkan didinding, menatap horror seluruh isi ruangan. Bagaimana jika ia merupakan seorang psikopat? Kubuka pintu lemari dengan cepat. Kosong. Hanya beberapa laba-laba yang tengah sibuk membuat sarangnya. Aku beralih pada kasur, satu-satunya perabotan yang tersisa diruangan ini. Kuintip kolong kasur yang gelap dan berdebu. Kosong. Lagi-lagi tidak ada sesuatu yang mencurigakan.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Aku mendongak. Lelaki itu menatapku aneh dengan beberapa bantal ditangannya. Aku bangkit dengan kikuk, salah tingkah.

"Apa kau menemukan sesuatu dibawah sana?" Ia meletakkan bantal-bantal tersebut diatas kasur. "Kau menemukan mayat?"

Aku terlonjak kaget. Tubuhku mendadak mundur menjauhinya. "Ternyata benar kau seorang..."

"Psikopat?" Ia tertawa renyah. "Pemikiran macam apa itu. Jika aku psikopat, maka kau sudah tak berbentuk lagi." Ia menjitakku pelan. "Tidurlah, kau pasti lelah. Atau kau mau tidur denganku?"

"MESUM!"



bingung sebenernya cerita ini udh pernah di publish ato belom. bodo amat lah yah.

LUSTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang