ah... lautan...
seulgi jadi teringat lagi. sudah hampir dua tahun, ya?
seulas senyum mengiringi ketika mobilnya melintas beriringan dengan hamparan lautan. harum asin familiar menyesak dalam indera seulgi, seakan-akan ingin wanita itu mengingat setiap detil masa itu.
dua tahun lalu, ia masih saling bertukar sapa dengan jimin walaupun hubungan mereka sudah kandas sejak masa kuliah. dua tahun lalu juga ia mengucapkan perpisahan pada lelaki itu dan disaksikan oleh lautan luas.
dua tahun lalu, seulgi akhirnya berhasil melepaskan perasaan dari jimin yang akan menikahi wanita lain.
siapa yang sangka cinta pertamanya akan berakhir menyedihkan? wanita yang selalu mendambakan cinta sekali seumur hidup harus dihadapkan dengan takdir yang salah. tidak apa, seulgi sudah melupakannya. mungkin ia harus belajar untuk menyakini bahwa tidak ada salahnya untuk merasakan beberapa cinta sebelum menemukan cinta sejati.
jalan itu berakhir dengan belokan lurus menembus bukit. sedikit lega akhirnya ingatan akan masa itu pun ikut berakhir. sekarang waktunya ia menghabiskan penat dan menyiapkan segudang airmata karena ia akan reuni dengan teman-teman lamanya.
cukup lama menyusuri jalan yang sepi dan dikelilingi oleh pepohonan, seulgi sampai di vila tujuannya. beberapa mobil sudah terparkir dan membuat seulgi semakin bersemangat. ia sudah tidak sabar menyapa kembali dan menyaksikan perubahan teman-teman yang bertahun-tahun tidak ia temui.
baru saja ia turun dari mobil, namanya sudah diserukan dari pintu depan.
"Kang Seulgi!!!" seru wanita berponi rata seraya merentangkan kedua tangannya lebar untuk mendekap seulgi. "Ya ampun gue rindu banget!" hebohnya, sampai seulgi kesakitan.
"gila lo meluk gue kenceng banget, yur!" seulgi meronta untuk melepaskan dekapan yura. wanita itu hanya menyengir. "yuk ke dalem, udah banyak yang dateng juga. eh, btw, selamat ya!"
seulgi mengikuti langkah yura. "selamat apa?" tanyanya bingung yang langsung mendapat tatapan meledek. "hmmm pura-pura gak tau. udah jadi rahasia umum kali!" goda yura sebelum mendorong seulgi berbaur dengan yang lain. sementara seulgi hanya memandang dengan bingung. ada apa sih?
tidak ingin terlalu membawa pikiran, seulgi memutuskan untuk bergabung dengan yang lain. teman-teman kuliahnya yang sedang meniti karir, yang langsung mendapat promosi dan ada juga yang baru mengalami kesialan, semua seulgi sapa satu persatu. bahkan untuk orang-orang yang jarang sekali ia ajak bicara ternyata sangat nyambung dengannya.
"lo kesini sendirian?!" tanya jina kaget.
"iya. emangnya kenapa?" balas seulgi yang bingung melihat reaksi jina.
"kirain lo bareng sama jimin."
hah?
"satu angkatan udah tau kalian ldr-an beda negara."
hah???
"jangan ngelak. jimin sendiri yang bilang kalo kalian pacaran," potong jina saat seulgi hendak membuka mulutnya. HAH????
sungguh berita yang mengejutkan sampai-sampai kedua kaki seulgi lemas. ingin rasanya ia korek seluruh informasi dari jina. bukannya jimin sudah menikah dengan mina? mina sendiri yang mengatakan kabar tersebut padanya. semenjak itu seulgi mencoba melupakan perasaan pada jimin, walaupun selama ia di luar negeri mereka terbilang cukup dekat. beberapa kali lelaki itu menyambanginya di negara tempat ia melanjutkan studi selama dua tahun terakhir.
kenapa tiba-tiba saja jimin mengatakan mereka berpacaran?
"tuh si doi lagi jalan kesini." jina menunjuk belakang seulgi, kearah jimin.
belum sempat seulgi menoleh, atau mengelak, tangan jimin sudah melingkar dipinggangnya. "udah dateng dari tadi?" tanya lelaki itu dengan nada lembut.
"ciee mesra banget pasangan ldr satu ini. dah ya gue cabut, gamau jadi nyamuk!" ledek jina kemudian pergi meninggalkan seulgi dan jimin yang justru terkekeh.
"jim, gue mau ngomong."
"ngomong aja."
"gak disini. kita ngomong diluar."
seulgi memimpin jalan karena ia tidak ingin berjalan dengan tangan jimin dipinggangnya. jangankan seperti itu, hanya berjalan berdekatan saja sudah mendapat godaan dari yang lain.
"kenapa lo bilang ke orang-orang kalo kita pacaran?" tembak seulgi langsung.
"lho bukannya kita emang udah jalan?" jimin terkejut.
"sejak kapan kita jalan emangnya?"
"pas terakhir aku nyamperin kamu... oh my god, jangan bilang kamu gak inget?" jimin menatap seulgi horor. sedangkan seulgi sibuk mengingat kapan terakhir ia bertemu jimin. sepuluh bulan yang lalu? "kita nge-wine bareng trus tiba-tiba kamu bilang kalo ternyata kamu suka sama aku. kita bahkan make out di apartemenmu!"
holy...
"gue bilang gue suka?" gumam seulgi tak percaya. bagaimana bisa ia suka jika perasaan itu sudah ia hilangkan dua tahun lalu? pasti bohong. jimin berbohong. dan tentang make out... nope! kebohongan yang berlebihan!
"kamu bilang suka sejak kuliah. bahkan pura-pura senang waktu aku pacaran sama mina. kamu cerita semua ke aku dan aku bisa ceritain balik ke kamu kalo kamu masih gak percaya."
"ta-tapi bukannya lo married sama mina?"
jimin menggeleng lemah. matanya sedikit menyayu. "ternyata dia bohong. itu bukan anakku, dia ngaku sehari sebelum pernikahan. dari dulu aku yakin kalo itu bukan anakku. aku selalu pakai proteksi," jelas jimin singkat. "lagian kalo untuk jadiin mina pendamping hidup, kayaknya gak cocok dengan pribadiku. trus..." ia berhenti.
"trus?"
"trus... aku lebih cocok sama wanita yang udah kukenal lama dan ternyata punya feeling sama aku. jujur, selama kuliah aku selalu kagum sama kamu. pas kamu bilang suka, hatiku langsung hanyut. ah... ini wanita yang aku cari..."
pantas saja semenjak itu jimin lebih intens menghubunginya walaupun sekedar chat menanyakan hal-hal remeh, dan seulgi jarang membalas karena menurutnya tidak penting. panggilan dari jimin pun ia jawab tapi untuk waktu yang singkat. perlakuan itu tidak mendapat protes dari jimin jadi seulgi terus lakukan.
bukannya apa-apa, kepergian seulgi ke negeri seberang untuk menimba ilmu hanyalah salah satu alasan klasik. yang sebenarnya adalah ia sakit hati ketika mendengar kabar pernikahan jimin sehingga ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin dari lelaki itu. dan ternyata jimin justru menghampirinya di seberang sana, memaksanya untuk kembali bertemu walaupun ia berusaha untuk melupakan perasaan tersebut. lagipula lelaki itu sudah menikah. kedatangannya hanya sekedar kunjungan tidak sengaja, itu saja.
ketika ia sangka perasaan itu sudah hilang, wine mengembalikan lagi.
"kenapa lo gak pernah ngasih tau gue?"
perlahan wajah jimin tertunduk. ia menghela nafas panjang. "kamu pasti bakal kecewa kalo tau aku memutuskan menikah karena terpaksa, bukan karena aku benar-benar cinta. dan kamu pun gak pernah nanya, jadi... yah..."