Sejuknya angin musim dingin tidak menghentikan July untuk tetap berdiri di tempatnya. Ia bersandar pada batang pohon yang membeku, sementara uap yang keluar dari pernafasannya tidak ia hiraukan. Langit semakin menggelap, begitu pula putih salju yang perlahan termakan oleh malam. July tahu bahwa ia terlambat. Kemungkinan juga ia harus mengulang dari awal.
Dalam sadarnya, orang lain berada disana. Memperhatikan dengan matanya yang tajam, namun terkesan lembut belakangan ini. Perbincangannya mereka terakhir kali meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang dapat ia sembunyikan lagi. Walaupun ingin melarikan diri, July tahu ia tak bisa bersembunyi.
July memutuskan untuk menemui orang itu. Memberanikan dirinya menghadap monster dalam kegelapan.
"Sebastian..." panggilnya.
Merasa namanya terpanggil, orang itu muncul dari balik pepohonan. Sinar rembulan memberikan July sedikit pandangan untuk memastikan bahwa orang yang ia panggil adalah benar.
Kemudian, dalam satu jinjitan, July berhasil memberikan kecupan singkat pada bibir orang itu seraya berbisik,
"Heizse..."