Imagine her grinding on yours.
Imagine her giving you a deep kiss.
Imagine her being your kitten.
Imagine her as Seulgi.
There you go again, Park Jimin. Pleased yourself alone. Haven't move on yet? Such a pity. Lihat bagaimana hancurnya dirimu! Namun lihat kembali disaat kau menghancurkannya, tragic isn't? Now she's suffered. Alive.
And you dying. Miserable.
Maaf? Bahkan ribuan kali kau mengatakannya, dia tidak akan kembali. Kenapa? Karena dia sudah cukup tersakiti. Dia wanita yang pintar. Dia tidak akan kembali pada buku yang sama. Tidak pada Park Jimin. Dia akan selalu menyimpan luka yang kau berikan.
Kau masih mengingatnya? Kau ingat bagaimana airmatanya jatuh saat melihatmu membawa jalang ke kamar kalian? Kau melakukannya pada jalang itu. Hal yang juga kau lakukan padanya. Dia kira kau telah menjadikannya ratu. Dia kira kau telah bahagia dengannya. You were happy, right? But she wasn't enough. Kau masih membutuhkan kebahagiaan lainnya sama seperti sebelum kau memaksanya untuk menikah.
Jimin, do you ever think about her since your first 'make up'? Never. Kembali menjadi Park Jimin yang dulu. Setelah menyentuhnya, kau mengabaikannya. Kembali pada kehidupan sunyi kalian. Dia mencoba untuk terbuka, tapi kau malah menutupnya. Dia mencoba untuk menjadi lebih baik, tapi kau menkhianatinya.
Hingga ia tidak berani memberitahu jejak yang kau tinggalkan. A baby. She was pregnant when you hurt her all the time. Kau harus memujinya, she's suffered a lot. Dia berusaha untuk bertahan, dan mempertahankan. Tapi kau tetap tak berubah. Masih Park Jimin yang brengsek.
Dan si brengsek ini sekarang memohon, memintanya untuk kembali. Sorry, she's not worth for another pain. Dia adalah Seulgi yang telah bangkit kembali. Seulgi yang sepenuhnya hidup tanpa Park Jimin. Kang Seulgi yang kini hidup dengan seorang balita kecil, Park Mijin. Dia tidak naif. Dia memang harus menyematkan nama milik Jimin pada buah hatinya. Dan dia juga akan mengenalkan buah hatinya pada Jimin suatu hari nanti, tapi tidak sekarang.
"Hentikan, Park Jimin. Berhenti terus menghubungiku!"
"Maaf..."
"Apa lagi yang kau inginkan dariku?"
Kau terdiam, kan? Karena tidak ada alasan spesifik kau terus menghubunginya. Kau hanya menginginkannya. Kau ingin mengisi kekosongan dalam hatimu. Kau ingin suaranya, perhatiannya, kau ingin merebut kehidupannya lagi.
"Aku akan menutup telfonnya..."
"Tanya aku. Tanya kabarku..."
Permintaanmu benar-benar menganggunya. Untuk apa dia mengetahui kabar orang yang tidak pernah mengerti dirinya.
"Baiklah. Bagaimana kabarmu, Park Jimin?"
You began to cry. Dan itu sama sekali tidak menggerakkan hati Kang Seulgi. Percayalah, airmata yang kau keluarkan tidak sebanyak yang telah wanita itu keluarkan karenamu. You deserve those tears.
"Tidak baik. Rasanya seperti mau mati. Rasanya aku ingin terus menjadi egois dan memaksamu untuk kembali padaku, walaupun aku tidak bisa melakukannya..."
"Baguslah jika kau telah mengerti."
Dia menutup telfon.
Dan kau, Park Jimin, masih saja hancur.