Langkah-langkah kakiku semakin cepat. Ketukan yang dihasilkan oleh heels hitam dua belas senti menggema keseluruh lorong. Dengan terburu-buru kurapihkan berkas dan memasukkannya kedalam map biru yang akan dibutuhkan dalam rapat hari ini. Dan aku terlambat. Sebentar lagi rapat akan dimulai dan seharusnya Bos-ku telah memegang map biru ini. Matilah aku hari ini!
Kubuka pintu ruangan Bos-ku dengan nafas tersengal-sengal tanpa mengetuk terlebih dahulu. Kudapati Bos-ku yang sepertinya tengah menungguku sedari tadi langsung berdiri ketika aku muncul diruangannya.
"Bae Irene, lo terlambat!" seru Bos-ku dengan gaya bossy-nya.
"Maafkan saya, Pak! Ini berkas yang Anda butuhkan..." Aku membungkuk, lalu memberikan map biru tersebut dengan sopan. Walaupun penampilanku kini terlihat acak-acakan.
Lelaki itu mengambil kasar map yang kuserahkan. Membukanya dan mengeceknya sebentar. "Gue gak mau tau alasan kenapa lo terlambat, gue bakal tetep ngasih lo SP!" ancamnya. Aku langsung mengangguk pasrah. Ini memang keteledoranku. Aku terlalu sibuk menonton drama hingga larut malam dan berujung dengan bangun kesiangan.
"Yaudah, sekarang ikut gue ke ruang rapat!"
"Baik, Pak!"
Kuikuti langkah cowok itu menuju ruang rapat sambil merutuki diriku yang lalai. Karena sebuah kelalaian kecil namun bisa berujung dengan sebuah kefatalan. Sesungguhnya, isi dari map biru tadi adalah perjanjian yang akan ditanda tangani oleh beberapa perusahaan-perusahaan besar yang memiliki andil dalam proyek kedepan. Mereka yang mempercayakan kepada kami untuk proyek-proyek tersebut. Dan jika kami mengkhianati kepercayaan mereka dengan semisalnya terlambat dalam rapat, maka itu akan menggores harga diri mereka. Kemungkinan besar konsekuensinya adalah pembatalan perjanjian. Kemudian aset perusahaan akan anjlok. Hanya karena sebuah kelalaian kecil saja bisa menyebabkan kerugian berskala besar. Maka dari itu aku menyebutkan si kecil yang fatal.
Dan berhubung perusahaan kami baru saja mengalami pergantian kepemimpinan seminggu yang lalu, mau tak mau aku yang menjabat sebagai sekretaris Presiden Direktur harus bisa memunculkan image bagus pemimpin perusahaan yang baru dimata rekan-rekan yang lain.
Cowok didepanku memasuki ruang rapat terlebih dahulu, kemudian aku mengekorinya dibelakang. Kami datang tepat sebelum rapat hendak dimulai. Maka aku langsung berdiri, menyapa orang-orang penting yang hadir diruang rapat, memberikan sedikit pembukaan sebelum memasuki inti dari rapat tersebut.
"Baiklah, saya perkenalkan kepada hadirin semua Presiden Direktur KimKings Company, Kim Taehyung..."
Cowok yang berperan sebagai Bos-ku itu berdiri dari kursinya dan membungkuk hormat. Rambutnya yang semula merah telah berubah menjadi cokelat tersisir rapih. Dengan senyum menawannya yang bisa memikat siapa saja cewek yang melihat, bisa kupastikan bahwa Bos-ku ini salah satu playboy dikampus yang baru ia tinggalkan kurang dari sebulan.
Dengan caraku yang mendeskripsikannya, kalian pasti menyangka bahwa aku tertarik dengan Bos-ku ini, kan? Tidak. Kalian salah. Aku tidak mungkin naksir cowok yang tidak pernah berbicara formal denganku sedangkan aku tidak berani untuk berbicara non-formal dengannya. Bisa-bisa nanti aku dipecat. Hanya saja, kami memang cukup lama saling mengenal. Dengan aku yang lebih dulu menjabat sebagai sekretaris Presiden Direktur yang saat itu masih dipegang oleh Ayah Bos-ku itu, Kim Kibum, aku lumayan mengenalnya. Sampai pada akhirnya aku masih dengan jabatanku walaupun pimpinan telah berganti dengan cowok lebih muda tiga tahun dariku, yaitu Bos-ku. Dan aku sepertinya terlalu banyak membicarakan tentang dirinya. Sudahlah.
Intinya, aku tidak tertarik dengan Bos-ku.
Bahkan untuk tertarik pun sepertinya aku tidak bisa.