END

322 22 4
                                    




El menatap rumah yang terdengar sedikit ramai itu dari balik kaca mobil.

Mobil sedan hitam itu sudah memasuki gerbang rumah. Menyita atensi beberapa pegawai yang berada di luar rumah. Baik itu pembantu atau tukang kebun.

Dan satu lelaki tak dikenal yang menatap mobilnya lalu kembali mengalihkan pandangannya acuh.

Dia sepertinya masih pelajar, kemungkinan seumuran Aldara.

Satya lebih dahulu lalu membukakkan pintu untuk El yang langsung turun dan berdiri di sampingnya.

Satya tersenyum lalu menggenggam pelan tangan El. Memberikan kekuatan pada gadis yang sudah ia anggap adiknya sendiri itu.

Kembali kesini setelah sekian lama tidaklah mudah bagi El.

"Ayo masuk," ucap Satya memecah lamunan El. El mengangguk lalu berjalan menuju pintu diringi dengan pandangan penasaran para pegawai rumah itu.

Kemudian mereka memberikan salam singkat pada El yang dibalas senyum olehnya dan Satya.

"ini lah kerugian jika bawa Reno ke kondangan."

Suara berisik dari arah ruang tengah rumah itu mengalihkan atensi El dan Satya.

Mereka berhanti sejenak dan memperhatikan sekumpulan anak muda yang tengah bercanda  dan duduk lesehan di temani beberapa makanan dan dekorasi yang sedang mereka kerjakan.

Mereka nampak sibuk, tapi juga tak terlalu serius. Karena canda tawa yang menyelingi kesibukan mereka.

"Eh anjir lo habisin minuman gue ya?"

"Halahh minuman berasa air got gitu lo pelitin!"

"Shasa, jus lo dibilan ari got sama Reno!"

"Renoo! Tendangan yang kemarin belum cukup kuat ya!"

"Eh pangeran kodok! Cepat ambil balon lainnya!"

"Berisik lo! Berapa kali gue ingetin kalau nama gue Gibran!"

Gibran? Batin El seraya mengurungkan niatnya yang ingin melangkah pergi.

"Siapa? Goblin?"

"Sudahlah, susah ngomong sama orang pikun!"

El menatap lelaki bernama Gibran itu yang kini meletakkan balon ditangannya dan berdiri dari duduknya.

Salah seorang gadis dari sana menahan tangannya.

"Kamu mau kemana?"

"Ngambil balon lagi."

El membalas tatapan lelaki bernama Gibran itu yang kini menatapnya terkejut.

Satya tersenyum pada Gibran saat pandangan mereka bertemu

Dan sontak semua mata ikut mengalihkan pandangannya pada El.

"Gibran?" panggil salah satu gadis yang bingung menatap Gibran yang terbengong.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang