"Jadi, apa si tuan keras kepala ini merubah pikirannya?"
Arion tersenyum di balik layar handphone yang ia mainkan. Aidan menyambar handphone milik Arion.
"Mata lo bisa rusak kalau layar handphone sedekat itu! Udah tua masih aja nggak tau," cibirnya seraya meletakkan handphone Arion di atas meja ruang tamu.
"Pikiran mana yang berubah? Gue masih stay di rumah, nggak kabur - kaburan kayak bocah," tukas Arion. Lelaki itu membenahi cara duduknya seraya menatap ke sekeliling apartemen milik Aidan.
"Kok rapi?" gumam Arion bingung yang di balas decakan oleh Aidan.
"Maksud lo?"
Arion terkekeh pelan, "Gue pikir apartemen lo bakal acak - acakan kayak kandang babi, jadi," Arion mengangkat alisnya.
"Lo sewa tukang bersih - bersih berapa bulan sekali?"
Sontak perkataan terakhir Arion mendapat lemparan bantal dari Aidan di ikuti dengan lelaki itu yang menarik lengan Arion.
"Bacot lo! Lo kapan perginya sih? Biar gue antar di depan pintu! Kasihan nanti tikus - tikus gue pada kabur liat lo!" ujar Aidan seraya mendorong Arion kedepan pintu.
Namun alih - alih keluar Arion melaha kembali masuk ke ruang tengah dan merebahkan diri disana.
"Tega banget lo sama saudara sendiri!" ujarnya dramatis yang membuat Aidan memutar bola matanya malas.
"Pulang kuy! Biar nanti gue punya teman berantem," ajak Arion.
"Alah teman berantem, palingan juga lo yang paling jarang di rumah, jadi nggak ada gunanya!" balas Aidan.
Arion terkekeh kecil.
"Lo lagi depresi apa frustasi? Asem banget muka lo?" tanya Aidan seraya mengamati wajah kusut kurang tidur Arion.
Arion menoleh pada Aidan.
"Lo udah ketemu sama El?" tanya nya out of topic. Arion mengamati wajah diam kembarannya. Dari responnya yang diam saja ia tahu jawaban pastinya.
Lelaki dengan kemeja putih itu menghela nafas pelan. "Temui sesekali, dia kangen sama lo, turuni ego lo," ucap Arion seraya berdiri dari duduknya.
"Iya. Kalau bisa," gumam Aidan seraya menatap pantulan dirinya sendiri di meja kaca ruang tengah.
"Kenapa nggak bisa? Lo punya kaki buat jalan ke El, atau lo nggak punya uang bensin? Tenang nanti gu-"
"Gue nggak kere ya kayak lo!" potong Aidan.
Arion tersenyum miring. "Lantas apa alasan lo? Masih alasan yang sama? Nggak mau El berharap lebih pada kepastian lo pulang atau nggak? Memang lo nggak mau pulang selamanya?"
Arion melepas jam tangan miliknya. "Bagaimana pun, seorang ayah juga pasti kangen sama anaknya, ego tinggi nggak boleh di lawan ego tinggi nanti makin runyam. Dan juga,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSSIE AND HER STORY
Teen FictionMereka pikir semuanya ada pada El gadis tomboy berparas cantik itu. Hidupnya lengkap. Lengkap dengan materi, Lengkap dengan otak cerdas, DAN yang paling penting, Lengkap dengan masalah. Orang - orang bilang hidupnya itu sempurna, mereka selalu bilan...