WHAT ARE YOU DOING?

119 17 0
                                    








Seila tidak mengatakan apa - apa, selain mengiyakan dengan tanpa keberatan saat Rendy, pacarnya yang sok sibuk itu meminta Alvian untuk mengantarkannya pulang.

Ini baru pertama kalinya Seila melihat Rendy percaya kepada orang lain. Percaya orang lain tidak akan mengambil miliknya. Karena sebelumnya, Rendy bahkan enggan membiarkan Seila berinteraksi lama - lama dengan lelaki lain.

"Itu yang namanya kepercayaan seorang sahabat," celetuk Alvian yang seakan tahu isi kepala Seila. Mereka saat ini sudah duduk di atas motor sport milik Alvian yang sebentar lagi akan sampai di rumahnya. Ralat, rumah sepupunya.

"Kalian udah lama sahabatan?" tanya Seila.

"Ya lumayan lah, sejak gue ikut basket, dari masih anggota biasa sampai inti," jawab Alvian.

Seila mengagguk - anggukkan kepalanya paham. Ia menggosokkan telapak tangannya saat dingin menusuk ke kulitnya.

Alvian melirik ke arah kaca spion saat menyadari gadis itu kedinginan. Ah dia sudah mengenakan jaket, mungkin dirinya tidak perlu meminjamkan jaketnya. Lagian, Alvian hanya ingin meminjamkannya kepada orang - orang terdekatnya saja.

"Yang ini kan?" tanya Alvian saat mereka sudah sampai di depan gerbang rumah sederhana yang bercat putih matanya sibuk memandangi penjuru rumah itu. Seila turun dari jok belakang motor Alvian seraya melepaskan helmnya. Namun ada yang aneh di sini.

Pengaitnya tidak mau lepas. Seila menimang - nimang sebentar seraya berusaha melepaskan pengait helm berwarna hitam itu. Tetapi tetap saja ia tidak bisa.

Ia melirik ke arah Alvian, seolah mengerti lelaki itu membantu melepaskan helm milik Seila.

Dih helm butut,  cibir Alvian dalam hati yang sebenarnya di tunjukkan kepada si pemilik helm alias Rendy.

Sebenarnya Alvian membawa satu helm miliknya, tetapi itu khusus untuk El. Dan ia lebih baik simpan di tempat yang aman, tidak di perlihatkan.

Ia menyerahkan helm itu kepada Seila, menyuruhnya mengembalikannya besok kepada pacarnya.

"Makasih sekali lagi ya Alvian," ucap Seila.

"Sans."

"Nggak mau mampir dulu?" tawar Seila.

Alvian menggeleng menolak, "Nggak usah deh, udah malem gue mau langsung pulang," tolak Alvian halus.

"Oh oke deh," jawab Seila. "Kalau begitu lo hati - hati ya," pesannya.

Alvian tersenyum sebagai jawaban, ia mengambil helmnya seraya menatap kearah satu rumah yang menjadi tetangga dari Seila.

Rumah bergaya minimalis yang terlihat banyak di tanami tanaman hias yang mengundang keindahan di dalamnya. Tetapi bukan itu yang menjadi daya tarik di mata Alvian, tetapi orang yang sekarang berdiri menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan dari depan pagar rumah miliknya.

Alvian melirik Seila yang masih berdiri di tempatnya. "Lo masuk aja duluan," suruhnya seraya menghidupkan mesin motornya.

Seila terlihat ragu sebentar, sebagai tuan rumah yang baik ia harus menunggui tamunya bukan? namun melihat Alvian yang sudah menghidupkan mesin motornya, Seila akhirnya menggguk dan berjalan memasuki rumahnya.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang