THE FATHER

121 16 1
                                    

"Jangan bego, lo sebenarnya nggak suka kan sama dia?"

"Bilang aja kalau lo emang nggak suka sama dia, nggak usah munafik!"

"Tenang lo nggak salah kok ngebenci dia, dia emang pantes dapetinnya, dia aja nggak ngehargai perasaan lo!"

"Pokoknya entar kita bantuin lo, masalah terpentingnya lo harus berhenti suka sama El biar dia nggak terus nganggep lo di bawah."

"Gue bahkan sangsi El nganggep lo temennya."

Bruhkk

"Woy, ada orang di sana?"

"Nggak ada yang nyaut, setan kali!"

'Sialan!'

Ana membekap mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan umpatannya, lalu berlari ke arah tikungan tembok yang berada di delat roftoof. Sebisa mungkin ia tidak mengeluarkan suara dari langkah kakinya.

"AK-" hampir sana Ana menjerit saat melihat tikus loteng berbadan gemuk yang juga terkejut melihantnya.

Tikus itu terlihat kaget sekilas melihatnya dan melakukan kontak mata dengan Ana sebentar, lalu berlari ngacir ke pintu arah roftoof.

'Mampus lo para setan!' batin Ana saat menyadari siswa yang pembicaraanya di uping oleh Ana sedang berdiri di depan pintu roftoof.

"TIKUS BANGSAT! JIJIK GUE!" teriak orang tersebut yang membuat Ana menahan tawanya.

'Kalau gue sih jijiknya sama manusia spesies lo!' batin gadis berkulit agak coklat itu.

"Jadi apa yang harus gue lakukan?"

Ana mendekatkan telinganya, mendengar lebih jauh pembicaraan mereka. Ia mengintip ke arah para gadis itu.

Tidak ada yang berbahaya dan aneh dalam pembicaraan mereka selain hal - hal yang Ana anggap konyol versinya.

Membicarakan El huh? Di kira gadis pintar itu mudah di senggol?. Kalau nggak penting menurut gadis itu ya sampai mereka kayang jungkir balik pun nggak akan di ladenin.

Tetapi gadis yang di tengah dan terlihat polos itu Ana seperti tahu dia.

Tapi namanya siapa ya.

Bentar, otak Ana masih loading.

***

"Wehh bapak muda datang juga!"

"Yang udah tua harap tidak berteriak takutnya tulangnya kaget lalu osteoporosis!"

"Songon Yan, mentang - mentang paling muda!" seru seorang lelaki paruh baya sambil mengisap rokoknya di sofa paling ujung.

Lelaki paling muda di sana melirik aneh lelaki yang merupakan kakak kandungnya itu.

"Sorry call me Ray, not Yan!" ujarnya yang langsung mendalat tendangan pelan pada tulang kakinya oleh sang Kakak.

"Sombong banget lo ganteng juga gantengan gue," protes lelaki dengan kemeja biru itu.

Rayyan memutar bola matanya malas, "Sadar diri Kak, udah bangkotan juga, udah punya buntut satu," tegur Rayyan yang merasa jengah dengan tungkah kakaknya yang tak pernah berubah.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang