ABANG ADEK

146 16 0
                                    

El memberhentikan sepedanya kesal sambil melirik ke arah Alvian yang sedari tadi membuntutinya dengan bermodalkan sepeda pinjaman dari Arion.

Kenapa juga kak Arion meminjamkan sepedanya pada biang kerusakan seperti Alvian.

Motornya saja sudah 5 kali masuk bengkel disaat baru 2 bulan di beli.

"Mau lo apa sih Vian?" tanya El kesal.

"Mau senyum lo," gombal Alvian.

"Geli gue bener," dengus El sambil kembali menjalankan sepedanya. Kali ini ia tidak memperdulikan Alvian yang berjalan di sampingnya sambil mengayuh sepedanya santai.

"El!" panggil Alvian.

Tidak ada sahutan.

"El!" panggil Alvian lagi. Lagi tidak ada sahutan. Alvian terkekeh kecil lalu mencoba mencolek pipi El.

El segera meliriknya tajam, "Jangan macam - macam ya Vian, nggak inget lo pernah masuk selokan?" sinisnya.

Alviam terkekeh kecil lalu mengayuh sepedanya dengan benar kali ini. Cukup satu kali ia menjadi malika tidak lagi.

"Semuanya butuh waktu kan?"

El mendengar segala ucapan Alvian tanpa intonasi menyebalkannya seperti biasanya. Tetapi matanya masih menatap ke arah depan tidak berniat menoleh ke arah lelaki itu.

"Di sisi lain gue paham, di sisi lain gue nggak rela," lanjut Alvian. Ia hanya ingin mengatakan, asal El tahu ia sudah bersyukur.

"Gue paham, lo butuh waktu sendiri, tetapi gue nggak rela kalau itu terlalu lama, jadi jangan terlalu lama ya El!" Alvian meneguk ludahnya sambil menatap nanar ke arah depan.

"Sekarang gue ngerti dan ngasih lo waktu lebih lama buat berfikir, asalkan akhirnya, lo masih tetap sama gue, lo nggak nyerah sama gue," ujarnya. Lalu tidak berbicara lagi, karena ia yakin, El mengerti semua maksudnya.

Alvian memberikannya waktu menenangkan pikiran lagi. Tapi sebenarnya ia sudah tahu salahnya tidak?

El memelankan kayuhan sepedanya sambil melirik ke arah Alvian. "Gue nggak butuh waktu lama, gue hanya butuh waktu sampai, lo tau apa akar dari kerumitan ini dan suatu saat lo datang buat jelasin segalanya."

"Segala akar dari kesalah pahaman ini," lanjut El lalu menjalankan sepedanya lebih cepat. Meninggalkan Alvian yang masih merenungi ucapannya.

Ah Alvian masih terlalu bingung. Sebenarnya ini masih soal masalah pertama apa dia membuat kesalahan baru lagi?

Sepertinya jawabanya, ia membuat masalah lagi.

***

"Arion, jangan lupa nanti malam kamu harus datang ke rumah Ashiva."

Arion yang sedang melonggarkan dasinya menoleh ke arah Rayyan yang berjalan di sampingnya. Mereka baru saja keluar dari ruang rapat beberapa menit yang lalu.

Arion bimbang, apakah ia harus menurut seperti biasa, atau mencoba untuk membangkang? Arion tidak ingin mengecewakan Rayyan, tetapi ada hati yang juga harus ia jaga. Jadi ia harus pilih yang mana?

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang