OLD NEWSPAPPER

169 21 1
                                    



"Alvira Arsenia Levira."

"Tak banyak yang bisa mendeskripsikan tentang gadis itu."

"Ia begitu tertutup, kau tahu sejak aku menjadi kepala sekolah di sini, saat aku melihat gadis itu aku hanya melihatnya tersenyum,"

"Dia,"

"Alvira, dia gadis yang baik dari sudut pandang Om sebelum semua itu terjadi."

"Untuk segala pelanggaran bisa di pastikan semua namanya bersih dari catatan BK."

"Jika dari sisi pandangan guru - guru, dia gadis cerdas, pintar bersosialisasi, dan senang membantu orang yang kesusahan."

"Cukup menejutkan saat mengetahui gadis bereputasi baik dan cerdas di mata guru - guru itu ternyata tokoh utama dalam pembullyan dan pembunuhan dari gadis kebanggaan lainnya."

"Mela, dia juga gadis yang baik, prestasi akademisnya lebih baik dari Alvira. Tapi nonkademisnya tidak lebih baik dari Alvira."

"Menurut siswa - siswa yang lain, Alvira itu tidak  pernah pandang bulu, ia menerima bahkan sangat menghargai anak beasiswa."

"Maka dari itu, walau pun orang lain mengatakan motif utama Alvira karena Mela selalu merebut segala hal yang di inginkan Alvira dan di dukung motif Mela anak beasiswa tapi.....Om tak sepenuhnya percaya."

Edlan, kepala sekolah muda yang telah menjabat selama 5 tahun itu menghela nafas sambil menatap mata keponakan dari iparnya itu.

"Alvira anak yang cerdas, walau pun Mela lebih unggul, tapi prestasinya patut di ancungi jempol,"

"Kamu tau El, tidak banyak yang Om tahu tentang Alvira, tapi satu hal yang Om tau,"

"Alvira bukan gadis yang memiliki banyak rasa iri di hatinya, dari pada itu, Alvira seperti orang yang seperti mempunyai banyak dendam,"

"Alvira ranking tiga umum, kalau memang ia iri dengan Mela yang ranking satu umum, lalu apa kabar dengan ranking dua umum, kenapa Mela tidak terlebih dahulu menyingkirkannya alih - alih mengaggapnya teman?"

"Mela, kamu juga harus menelusuri gadis itu lebih jauh, gadis itu tak kalah misterius, yang Om tahu dia hanya memiliki seorang ibu dan ayahnya sudah meinggal. Om hanya punya alamatnya dari buku siswa."

"Tapi kalau kamu membutuhkan lebih banyak informasi Om bisa bantu."

"Kapan pun kamu memanggil, Om akan datang membantu. Jangan selalu bertindak sendiri El."

El tersenyum penuh arti saat mendengar perkataan Edlan di menjelang akhir kalimatnya. Edlan tahu apa yang sedang di lakukan oleh El sampai - sampai melibatkan Alvira. Edlan tahu tanpa El memberi tahunya.

El sebenarnya sudah bersiap - siap, menanyai Edlan sudah tentu El terima konsekuensi kalau otak cerdas Edlan si Kepala sekolah muda menyadari dirinya yang mencoba menyelesaikan benang kusut antara Mela dan Alvira.

Di tambah lokasinya di sekolah yang di miliki oleh Edlan sendiri, apalagi lelaki sok gaul itu adik ipar dari paman nya. Tentu Rayyan menyuruh Edlan untuk mengawasi El sedikit.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang