TIME MATTER

153 20 2
                                    








"El."

"Nama yang keren, sama kayak orangnya," puji Alvira sambil tersenyum menatap El. El hanya terkekeh, tidak merasakan bahwa apa yang di katakan oleh gadis itu sebuah pujian.

"Sayangnya gue orang yang nggak gampang memakan pujian," jawab El. Alvira terkekeh pelan, "Wahh senang bisa berteman sama lo, lo asik," ucapnya. Senyumnya menghilang, ia menumpu kedua tangannya di meja yang memisahkan antara dirinya dengan El. Dengan mata yang menatap serius gadis itu, lebih tepatnya, menatap manik coklat El.

"Lo tau apa prinsip gue?" tanyanya sambil tersenyum miring. Ia mendesah ketika mengingat - ingat curhatan hati dari seorang indigo yang teramat ingin hidup tenang. Ingatkah ia untuk menjadi penulis dan menulis kisah hidup gadis ini saat keluar dari penjara ini.

"Apa yang mereka berikan itu juga yang akan gue berikan,"

"Lo bicara dengan nada tenang maka gue juga jawabnya dengan nada tenang." Diam - diam tangan Alvira terkepal.

"Mela ngasih gue rasa sakit, maka gue juga ngasih dia rasa sakit, Mela ngasih gue tangis, maka gue juga ngasih dia tangis,"

"Dan Mela ngasih gue senyum, maka gue akan ngasih dia senyum, tapi,"

"Mela nggak pernah minta maaf, maka gue juga nggak akan pernah minta maaf," Alvira mendatarkan raut wajahnya sangat berbeda saat ia membicarakan topik di luar Mela dan topik di dalam Mela.

"Jadi lo kalau kesini nyuruh gue ngemis maaf ke Mela, mending pulang terus belajar deh El atau minum susu biar cepat tinggi walau pun udah tinggi, lo nggak akan dapet apa - apa dari gue," usir Alvira secara halus seraya mengibaskan tangannya.

"Oh iya, lebih baik lo belajar bahagiain orang tua dari pada ikut campur urusan orang!"

"Gue sih maunya gitu, tapi ini seretan takdir, nggak bisa gue hindari."

Alvira berhenti sebentar sambil menatap ke arah El, "Kasihan," komentarnya.

Ia hendak kembali beranjak dari duduknya namun kalimat lanjutan dari El kembali menghentikan langkahnya.

"Kalau seandainya dia yang minta maaf?"

"Mustahil," ucap Alvira tanpa menoleh ke arah El.

El berdiri dari duduknya sambil menatap serius ke arah Alvira.

"Mustahil setelah apa yang gue lakuin ke dia El," lanjut Alvira sambil berbalik dari posisinya.

"Kenapa? Bukan kah lo udah yakin ngasih hal setimpal kepada Mela? Lo juga nggak pernah ngerasa apa yang Mela lakuin ke elo itu kecil,"

"Lalu kenapa semuanya mustahil jika Mela mau minta maaf?" tanya El.

"Apa karena lo masih negerasa Mela itu gadis angkuh yang nggak mungkin ngemis maaf?"

"Lo masih ngerasa Mela seangkuh itu dan walau pun ia ada di lubang neraka ia tidak akan pernah minta maaf?"

Alvira tersenyum miris ke arah El, "Lo nggak tahu El," gumam Alvira yang masih di dengar oleh telinga tajam El.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang