BERANTEM

113 16 0
                                    

 

"Oh no my litte brother!" pekik Alvian lebay yang langsung di berikan tabokan ganas oleh El.

"Bego, orang berantem itu, pisahin cepat!" ujar El sambil berlari mendekati Arvan yang terlihat terperksok di antara meja - meja kantin.

Alvian langsung berdiri dari duduknya, menyusul El yang sudah mendekat ke arah arena pertaruangan.

Alvian segera menarik lengan gadis itu, mencegahnya mendekat sebelum ia ikutan terluka.

El sempat memberontak dan ingin mendekat, tetapi sadar terlalu bahaya dan bisa - bisa niat ingin memisahkan dirinya malah menjadi beban di sana.

Ia memandangi khawatir ke arah Arvan sambil sesekali mencari celah menghentikan perkelahian itu. Di sampingnya Alvian juga melakukan hal yang sama. Tidak enak juga melihat kedua temannya bertengkar.

Saat Rendy berjalan mendekat Arvan, di situ Alvian bersiap - siap menerjang lelaki itu. Mencegahnya memukul Arvan.

Namun itu tidak terjadi, karena Arvan yang keburu berdiri dan menangkis serangan dari Rendy.

Lelaki yang lebih muda itu mengkap tinjuan dari Rendy lengkap dengan tatapan tajamnya. Rendy melawan tatapannya tak kalah tajam.

Lelaki kelas XII BAHASA itu menyeringai.

"Lumayan juga, lo udah mulai berani ya sekarang sama gue!" sinisnya.

Arvan berdecih, "Sejak kapan gue takut sama bedebah kayak lo!" balasnya yang membuat emosi Rendy semakin memuncak. Lelaki itu ingin melayangkam tinjunya.

Namun pukulan Arvan lebih dahulu menghantam pipinya.

"Bangsat!"

"Elo yang bangsat!" balas Arvan sambil terus menangkis dan memukul balik Rendy sampai beberapa lebam menghiasi pipi mulus lelaki inti basket itu.

"Nggak cukup apa lo udah rebut temen gue hah?"

"Belum cukup lo ambil apa yang gue cintai?"

"Belum cukup lo buat dia nggak waras? Hah, mau lo apa sebenarnya dari gue hah?"

"Apa salah gue sama lo? Gue dateng dengan jalan damai lalu kenapa lo bales semuanya dengan ini?"

"Segitu bencinya lo sama gue Ren!"

"BACOT LO!"

BUGHT

Pukulan Rendy menganai pipi Arvan sampai membuat sudut bibirnya berdarah, di tambah dengan lelaki itu yang tersungkur.

Seila berlari menghampiri Rendy, "Udah - udah Ren Kita pergi ya!" bujuk gadis bertubuh kurus itu.

Rendy menolak, ia memberikan tatapan tajam nya ke arah Seila. Memperingati bahwa ia tidak boleh ikut campur.
Gadis itu mengerti, lalu refleks, mundur ketakutan.

Rendy tertawa remeh sambil menatap Arvan.

"Lihat? Lemah akan selamanya lemah kan? Seberapa banyak pun lo mengcover diri lo, lo nggak akan pernah bisa nutupin kekurangan lo!"

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang