LIBATKAN

76 8 0
                                    



El memandangi layar handphone nya. Menatap satu nomor yang sedari kemarin ia coba hubungi. Menantikan balasan dari Meisya yang entah sampai kapan akan bersikap seperti ini.

Seharusnya. Gadis itu tidak seberlebihan ini. Meisya sampai sekarang tidak mendapat panggilan dari kepala sekolah dan itu membuktikan bahwa dirinya sama sekali tidak pernah melaporkan gadis itu.

Meisya juga seharusnya sadar. Bahwa El tidak akan pernah melakukan itu pada temannya sendiri. Kesalah pahaman ini seharusnya sudah berakhir. Tetapi kenapa semuanya tidak membaik? Kenapa hubungannya dengan Meisya masih tidak membaik?

El tidak kecewa pada Meisya. Alih - alih kecewa lebih mendominasi perasaanya, ia lebih ke penasaran dan khawatir.

Apakah ada suatu alasan yang membuat Meisya ingin menjauhinya?

Tanpa sadar jari El menekan nomor di bawah Meisya.

Van.

Hanya tiga kata. Tapi membuat El lumayan menyesal.
Sesaat kemudian El meruntuki karena telah mengirim pesan pada Arvan. Jarinya buru - buru menghapus pesannya sebelum Arvan sempat membacanya.

El menghela nafas. Kenapa tadi dirinya seceroboh itu. Bagaimana kalau Arvan masih bersama Meisya.

Setidaknya lakukan ini untuk Meisya. Dia akan benar - benar merasa sendiri jika kalian tidak memilihnya sekarang. Walaupun kalian tidak ingin memilih di antara kami.

Walau pun kalian merasa bahwa kami berdua itu penting. Dia lebih membutuhkan kalian.

Gue nggak papa. Tenang aja. Gue itu El si wonder woman.

"Berpergian waktu weekend itu memang menyebalkan." celetuk seorang lelaki yang membuat El menoleh kepadanya. Ia segera meletakkan handphone nya.

Waktunya belajar.

"Sudah tahu akan macet kenapa ngasih jadwal les di jam segini," jawab El seraya membenarkan posisi duduknya.

Ia menatap ke arah Bryan. Guru les privat nya. "Gue nanti sore sibuk," jawabnya sambil mengeluarkan laptop miliknya.

Sekedar info. Ia adalah guru les pilihan Rayyan langsung dan paling pertama di setujui oleh Arion. Katanya selain ramah dia juga pintar, jadi El tidak merasa tertekan belajar dengannya.

"Iya - iya yang baru naik jabatan baru mah emang sibuk," sindir El sambil memutar bola matanya malas.

"Bocah tau apa."

"Omong - omong, tugas 3 hari lalu udah lo kerjakan kan?" tanya Bryan sambil menghidupkan laptopnya. Ia menoleh sekilas ke arah anak didiknya itu lalu mengambil buku tulis yang di sodorkan oleh El.

Ia nengambil pulpennya lalu memfokuskan matanya pada pekerjaan El yang sudah menjadi muridnya selama satu tahun itu.

Ia menganggukkan kepalanya seraya menyerahkan kembali kepada si pemilik. Namun sebelumnya ia memberikan tanda kecil pada salah satu angka.

"Jawabannya memang benar semua, namun rumus ini sedikit mengalami kesalahan," ujarnya sambil menunjuk satu tulisan yang sudah di coretnya.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang