REASON

79 10 1
                                    





El terlihat mengamati Satya yang sibuk mengotak - atik komputer miliknya. Tangannya dengan lincah menekan - nekan keyboard komputer mencoba menyelesaikan tugas yang di berikan oleh El.

Dan itu tak satu pun luput dari penglihatan El. Gadis itu sedari tadi mencoba memahami segala kegiatan Satya agar kelak ia juga bisa melakukannya sendiri.

"Kadang gue berfikir kalau lo itu bukan selevel anak SMA lagi," celetuk El saat Satya terlihat meregangkan jari - jari ototnya sambil menunggu loading pada komputernya.

Satya melirik ke arah El, "Terus gue selevel apa? Selevel sama goku atau rikkudo sannin?" gurau Satya sambil terkekeh kecil.

El memutar bola matanya malas. "Ya bukan gitu juga kali Kak, otak anime emang lo!" ujarnya.

"Maksud gue ya Kak, lo itu udah kayak terlalu pintar untuk otak anak SMA lo liat aja ini," El menunjuk ke arah komputer Satya.

"Jarang loh ada anak SMA yang bisa kayak gini," sambungnya sambil menatap penuh tanya ke Arah Satya.

Satya terlihat mengalihkan pandangannya ke arah botol minuman yang di letakkan di samping komputernya.

"Yaaa jarang bukan berarti nggak ada kan, contohnya gue ini sama Alvian juga bisa dikit - dikit," jawab Satya sambil kembali memfokuskan perhatiannya pada komputer yang mulai menunjukkan sebuah progres.

"Alvian murid gue tuh!" ucap Satya tanpa di tanya.

El memutar bola matanya malas, "Cocok udah kalian itu, wiro sableng dengan gurunya sito gendeng," celetuk El.

"Orang gila yang sebenarnya diam deh!" jawab Satya. Beberapa saat kemudian ia kembali fokus pada kegiatannya dan El juga fokus pada pengamatannya walau terkadang melirik ke arah Satya sekilas.

El menggaruk pipinya yang sedikit merasa gatal. Tapi bukan itu alasan utamanya.

Lagi pula walaupun samar, Satya lebih terlihat seumuran dengan Arion. Pembawaannya walaupun terkadang gila tetapi Satya berasa memiliki aura lebih dewasa dari pada umurnya saat ini.

"Umur lo berapa Kak?" tanya El yang membuat Satya menghentikan gerakan jarinya sebentar. Namun sesaat kemudian ia kembali melanjutkan kegiatannya.

Tidak ada yang aneh dengan pertanyaan itu.

Iya, tidak aneh.

Satya berdehem pelan sambil menatap layar komputernya fokus, "18," jawabnya singkat.

Sebelum El kembali membuka mulutnya Satya menyelanya sambil menunjuk ke arah layar komputer.

"Done," gumamnya.

Ia kemudian meregangkan otot lehernya yang terasa kaku.

"Pemilik nomornya bernama ee ribet juga ya namanya, eh tunggu, gue kayak familiar," gumam Satya alih - alih melanjutkan kalimatnya. Ia melirik ke arah El, berniat ingin memastikan pendapatnya. Tapi raut wajah terkejut dan tak percaya dari El membuatnya urung.

Sepertinya, gadis ini mungkin di kenal oleh El. Dan El tidak pernah menaruh rasa curiga padanya sebelumnya. Maka dari itu gadis itu terlihat tidak pernah menyangka sebelumnya.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang