THE FACT

105 15 0
                                    




El maupun Satya. Dua manusia berbeda gender itu jelas tahu. Bahwa kedua mata mereka tidak salah mengenali seorang gadis berpakaian terbuka yang berjalan memasuki mobil yang di bukakan oleh seorang pria paruh baya yang terlihat sangat genit.

Walau pun begitu, El saat ini lebih berharap. Bahwa penglihatan tajamnya itu salah. Untuk kali ini, El ingin otak tajamnya itu salah.

"Kak, gue rasa kita salah rumah," ujarnya El menepis fakta yang sudah jelas tersaji di depan matanya.

"Jalan kamboja rumah nomor 36, itu jelas rumah Meisya."

Satya menatap lurus ke arah mobil yang perlahan menjauh itu.

"Gadis dengan tinggi 169 CM, dengan rambut pendek sebahu berwarna hitam, beriris mata senada dan dengan kulit putih nya, itu jelas.... Meisya," lanjut Satya lagi dengan suara mengecil di akhir kalimatnya.

"Kak, bisa hibur gue dengan kata semua itu nggak benar?" tanya El masih menghindari semua fakta mengecewakan di depannya.

"Kalau pun gue bilang gitu, gue nggak yakin lo bisa ngelupain segalanya," jawab Satya sambil menoleh ke arah El.

Ia meraih lengan gadis itu. Menatap sorot mata El yang sedikit berkaca - kaca karena melihat semua yang di katakan oleh Kino itu, benar.

Meisya, tidak sebaik yang mereka lihat.

Hidupnya, hancur.

Itu memang Meisya, bukan orang lain. Yang bekerja sebagai wanita malam itu memang Meisya, bukan juga orang lain.

Satya jelas tahu perasaan El sekarang. Gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu pasti memiliki perasaan yang kacau sekarang. Sakit memang, melihat sahabat sendiri seperti itu dan kita selama ini tidak mengetahui apa - apa.

Tapi akan lebih baik bagi Satya El tidak terlibat lagi. Sudah cukup dengan masalah pribadi gadis itu, jangan di tambah - tambahi lagi.

"Kita pulang ya, lagi pula, ini bukan sepenuhnya urusan lo," ajak Satya sambil menarik tangan El.

El melirik Satya sekilas lalu melepaskan tarikan Satya.

"She is my bestfriend, her problem is also my problem too," ujar El yang membuat Satya menghela nafas.

"Lalu apa yang ingin lo lakuin? Meisya kayak gini, mengambil pekerajaan ini pilihannya, lalu lo akan bilang apa ke dia?" Satya menarik nafasnya dalam.

"Lo tau El? Ada dua macam pilihan di dunia ini, pilihan yang di dasari keterpaksaan, dan kesukarelaan, dan lo nggak tau, Meisya terpaksa atau sukarela ngelakuin ini semua, jadi lo nggak bisa ngambil tindakan kedepannya."

"Lo mau cegah dia sebagaimana rupa pun kalau dia sukarela ya tetap aja kata - kata lo salah di mata Meisya,"

"Ada banyak pekerjaan bagi Meisya lalu kenapa dia harus mengambil, mengambil pekerjaan ini?"

"MEISYA NGGAK GITU!" sahut El dengan nada yang tanpa ia sadari meinggi.

El menghela nafas, berusaha mengontrol emosinya.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang