THE LAST MISSION

135 16 0
                                    


 

El meletakkan mawar putih kedua yang di pegangnya di atas makam seseorang yang bertuliskan nama Mela Arsya. Setelah mawar pertama ia letakkan di atas makan Alvina sebelumnya.

Ia berdoa sebentar, mendoakan roh Mela agar damai.

"Mela, salah satu yang lo impikan sekarang udah terkabul," El menatap bunga yang di ikat oleh sapu tangan pink itu.

"Alvira memaafkanmu, bunga dan sapu tangan ini adalah pertanda maaf darinya," El kembali menatap sapu tangan pink yang berisi tulisan bertinta biru itu. El tersenyum tipis, bahkan Alvira mengetahui warna kesukaan Mela, berarti ia masih punya sedikit ketertarikan pada Mela.

"But, she is forgives you if you forgive her too,"

"Alvira meminta maaf, dan Alvira juga memaafkan segala masa lalu kalian, dia berdamai dengan masa lalu, masa kelam itu bairlah terkubur dalam - dalam, kembali lah ke alam mu dengan tenang Mela." El mengakhiri kalimatnya dengan harapan yang semoga saja terkabul itu, tetapi entah mengapa dirinya masih ragu. Ia menatap alamat apartemen yang di berikan Alvira kepadanya.

"Gue yakin Mela juga menunggu ini, ambil di apart gue, nomor 308 di laci kamar gue, ada kotak berwarna biru."

"Sandi nya 2000 ya."

"Oh iya, apartement gue hanya lo dan gue yang tahu, jadi lo harus merasa spesial."

"Dikira martabak apa," guman El seraya tersenyum kecil.

"Ternyata belum sepenuh--ASTAGA DEMI KERIPUT PENUAAN!" kejut El saat seseorang berdiri tepat di belakangnya.

"Eh maaf saya mengejutkan kamu ya?" ucap seorang wanita paruh baya seraya tersenyum bersalah.

Tidak buk, saya tidak terkejut, hanya saja jantung saya hampir keluar.

El hanya tersenyum menanggapi wanita tersebut. Tunggu, dia kan wanita di toko bunga yang pernah El kunjungi.

"Ahh kita bertemu lagi," si wanita ternyata juga menyadari wajah El yang beberapa jam yang lalu sempat menjadi pelanggannya.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya si ibu seraya meletakkan mawar putih yang di bawanya di atas makam Mela.

'Sedang disko buk' "Yang pastinya saya sedang melayat Buk," jawab El. Wanita tersebut mengagguk kecil. Ia menatap El dengan senyum haru di bibirnya.

"Ternyata Mela masih mempunyai teman yang peduli kepadanya," ucapnya kepada El.

"Bukan bu, Mela clien saya," jawab El lirih sangat lirih.

"Apa nak?"

"Ah tidak," ujar El seraya tertawa canggung. Dia menggaruk pipinya gugup, gugup akan menanyakan sesuatu yang akan ia ucapkan.

Tetapi El memilih membiarkan wanita itu mendoakan Mela terlebih dahulu, ia tidak ingin mengaggu.

"Mm, Mela anak Ibu?" tanya El hati - hati. Wanita yang baru selesai berdoa menoleh sebentar, lantas berdiri dari posisi jongkoknya. Begitu pun El yang ikut berdiri.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang