BESTFRIEND

68 9 0
                                    


El berdiri di ambang pintu sambil menatap ke arah dua orang gadis yang nampak berbicara.

Dari raut wajah mereka menunjukkan bahwa, ini bukan suasana yang menyenangkan.

Salah satunya berjongkok di depan seorang gadis yang terlihat menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

Tangan gadis yang terlihat lebih tua dari mereka itu menggenggam tangan si gadis berambut bob.

"Suruh mereka pergi Kak."

Reyhan memasukkan jarinya di sela - sela tangan El. Menyalurkan kekuatan pada sahabat perempuannya itu. Sekaligus mencoba mencari kekuatan untuknya sendiri pula.

"Kenapa?"

Iya, kenapa? Kenapa Meisya melakukan ini pada mereka. Bisakah ia jelaskan dimana letak kesalahan mereka? Apa mereka telah melakukan kesalahan yang menyakiti Meisya lagi?

Atau Meisya sudah tidak mengagap mereka sahabat lagi? Ah itu tidak mungkin.

Kalau iya. Mereka rela berdiri disini seberapa lama pun, sampai Meisya mau bertemu dengan mereka.

Karena bagaimana pun. Persahabatan mereka akan terasa hambar tanpa Meisya.

Tanpa tawa riang gadis itu.

Tanpa lelucon konyol gadis itu.

Tanpa kerandoman gadis itu.

Tanpa amarah tak jelas gadis itu.

Bagaimana pun. Mereka tidak lengkap tanpa Meisya. Melihatnya seperti ini, sebesar apapun rasa kecewa mereka sebelumnya pada Meisya karena bertingkah seakan menjauhi mereka.

Tetapi rasa rindu dan sedih menggeser rasa kecewa itu pada relung hati ketiga sahabatnya.

Saat mereka mengancungkan jari kelingking mereka dan mengatakan akan menjadi sahabat selamanya. Maka mereka tidak akan bisa menarik janji itu lagi.

Bagi mereka hubungan mereka itu suci. Jika salah satu dari mereka tidak ada maka persahabatan mereka tidak akan memiliki rasa yang sama.

Sahabat. Setelah mereka mengucapkan kata itu, maka mereka akan selalu bersama, baik di suka maupun duka.

"Mereka sahabat kamu kan? Mereka datang mau jenguk kamu."

"Aku nggak sakit!"

"Mereka bukan sahabat aku lagi."

"Mereka... bukan sahabat aku lagi."

"Jangan bilang begitu!" Tasya menggenggam tangan dingin Meisya. "Kamu tau, perkataan kamu itu dapat menyakiti mereka," sambung Tasya tanpa mengalihkan titik fokusnya pada wajah Meisya.

Meisya mengalihkan pandangannya dari Tasya. Memilih menatap kosong ke buku biru yang terletak di atas nakas.

Merasakan kembali memori hitam yang muncul di kepalanya.

'Bagaimana pun, sebuah kotoran tidak pantas masuk kedalam lingkaran air bening, karena itu hanya mengotori air itu saja.'

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang