EXPLAIN TO HER

136 15 2
                                    







  El menatap berbagai kosong kertas yang berserakan di atas mejanya. Tetapi pikirannya melayang jauh. Memikirkan segala tentang masalahnya yang terus berdatangan.

Ia ingin memikirkan tentang hal yang lebih penting, hm mungkin tentang Mamanya? Atau tempat persembunyian Kak Aidan yang mungkin di ketahui oleh duo A. Alvian dan Arion.

Tetapi otaknya malah berfikir lain, alih - alih memikirkan kedua orang itu El malah terus di bayang - bayangi oleh wajah Alvian.

Waktu? Jadi Alvian menghindarinya untuk memberikannya waktu sendiri dan menenangkan hatinya agar tenang dan tidak gegabah, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan karena emosi semata. Tetapi bukan itu yang El maksud.

Jika ingin melindungi El lagi. Lalu, apa coba kaitan El dengan Seila? Tidak ada kan? Lalu untuk apa Alvian berdekatan dengan gadis yang menjadi objek gagal move on nya Arvan itu?.

Kalau Rhea, masih lah El kait - kaitkan sedikit dengan hidupnya. Tetapi kalau Seila? Apa mungkin itu masalah pribadi lelaki itu.

Ada yang Alvian sembunyikan darinya, tetapi El tidak tahu itu apa. Sepintar apapun dirinya. Kalau sudah di sandingkan dengan trilple A. Alias, Alvian, Arion dan Aidan. Tetap saja ia kalah.

Ya walau pun kemampuan El tidak bisa di pandang buruk oleh ketiga lelaki itu. Maka dari itu ketiga lelaki itu menganggap El sangat spesial.

"El, heh El! Lo dengerin gue nggak sih? Atau dari tadi sebenarnya gue ngoceh sendirian kayak jomblo abadi nggak punya teman ngobrol?"

"Lumayan bagus julukannya, kurang kata stress aja Niel," celetuk Jovan yang lewat di depan bangku El.

"Diem lo Jojon!"

"Who is Jojon? Are you tuli? My name is Jovan!" sewot Jovan tak terima.

"Please improve your english first!" jawab Daniel sambil membuat gerakan mengusir, Jovan melirik sinis ke arah ketua kelas MIPA 2 itu.

"Awas ya, gue berak depan rumah lo!" ucapnya.

Daniel menyentil dahi El yang malah melamun alih - alih menyahuti segala rencananya untuk kelas ini di saat pentas seni bulan depan.

"Hah gue resign aja dah kalau gini," pundungnya.

"Sekalian Niel, Resign dari sekolah biar telinga gue damai!" celetuk Rifa dari pojok kelas sambil asik mengelapkan harta karun dari hidungnya ke lengan Reza. "Bosan gue dengar lo teriak - teriak sambil maen game mulu!" lanjutnya.

Satria lelaki polos itu menoleh ke arah Rifa. "Lah Rif bukannya itu definisi dari elo ya?" tanya lelaki itu polos.

Daniel tertawa kecil, "Nice Ya," pujinya. Namun reaksinya berbanding terbalik dengan Rifa.

Rifa mendelik kesal ke arah Satria sambil membekap gemas mulut Satria.

"Bangsat, apaan itu di tangan lo masuk ke mulut gue!" umpat Satria sambil mengelap - elap bibirnya.

Rifa tertawa tanpa dosa, "Upil hehe, enak?"

"BANGSAT EMANG LO!"

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang