CARE

77 10 0
                                    



El masuk kedalam rumahnya yang serasa sepi seperti biasanya.

Ia menatap ke sekeliling ruang tamu luas yang serasa kosong.

Sesekali, hanya sesekali El berharap ruang tamu itu di isi oleh seluruh penghuni rumah ini dengan canda tawa mereka.

Tanpa jarak yang memisahkan.

El menggelengkan kepalanya pelan. Tentu itu hanya angan yang entah sampai kapan terwujud.

El berjalan menaiki tangga rumahnya seraya memikirkan pembicaraannya dengan Alvian yang telah lama berlalu itu.

"Cukup diam dan jangan lakukan apa - apa."

El turuti, ia diam dan tidak melakukan apa - apa.

"Gue dekati Seila."

"Gue ada urusan, gue nyari tau sesuatu. Dan itu mungkin sedikit ada kaitannya dengan Seila."

"Semuanya hanya untuk lo."

"Mencari tahu semua tentang Bang Aidan."

"Gue tau lo kecewa karena tidak di libatin, hanya saja ini pilihan terbaik."

"Sebenarnya gue nggak boleh kasih tau lo, tapi mungkin karena lo berhak karena sebagai adiknya, gue kasih tau."

"Aidan itu anak Gang motor. Banyak musuhnya, berbahaya jika lo pergi nyelidiki Aidan sendiri. Kami, gue dan Bang Arion nggak mau mereka nargetin lo."

"Agak berbahaya El, jadi tolong jangan lakukan apa - apa tanpa sepengetahuan Bang Arion."

Kak Arion.

Ah, tentu saja dia dalangnya sehingga Alvian tidak pernah buka mulut lebih jauh lagi tantang Aidan.

Lagi pula, Alvian pasti sedikit sungkan, karena urusan ini lebih ke menjurus urusan pribadi keluarga. Akan lebih baik kalau Alvian tidak terlibat terlalu jauh, dan Arion sendiri yang mengatakan kebenarannya pada El.

Entah apa rencana Arion El tidak pernah tau. Arion tidak pernah terbuka untuknya, dan itu membuatnya kecewa lagi.

Lagi untuk yang kedua kalinya.

El seperti keluarga yang tak di anggap kalau begini terus.

El berhenti di depan kamar Arion. Ia memutar gagang pintu yang tak terkunci. Membuat pintu terbuka dan menampakkam isinya yang kosong.

Seperti biasanya, kamar ini terlalu jarang di tempati.

El menghela nafas kecil. Berdiri di depan pintu seraya menatap ke arah setiap inci ruangan.

Sampai bulu kuduknya seraya berdiri. El mengusap tengkuk miliknya.

Apa kamar ini telah beralih menjadi penampungan setan?

Di belakang tubuhnya serasa dingin. El merasakan sesuatu di sana. Gadis itu mengepalkan tangannya. Ia memejamkan matanya sekilas.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang