El masih menunggu lanjutan kalimat dari Rasti. Matanya masih tetap memandang foto yang dengan senang hati Rasti tunjukkan dari handphone nya.
Memandangi Alvira yang berpose di depan cermin sambil menatap separuh wajahnya yang terbakar dan separuh tubuhnya yang juga terbakar.
El menghela nafas, sekarang ia tahu alasan wajah Alvira yang berlainan. Ia melakukan operasi plastik untuk membenahi wajahnya. Helaan nafasnya itu tentu saja di tangkap dengan baik oleh Rasti.
"Rumit kan?" ucap gadis dengan rambut coklat itu.
"Kebakaran itu tidak hanya merebut kakak dari Alvira. Tapi juga kecantikan yang di milikinya."
"Alvira memiliki saudara kembar, namanya Alvina. Alvina lahir lebih dahulu, dan menjadi kakak yang penyayang dan bertanggung jawab, bahkan ia rela menjadi tameng dari sasaran bully dari iblis itu."
Rasti mengumpati Mela saking kesalnya, tidak perduli ia nanti di ganggu oleh hantu Mela ia tidak perduli.
Bahkan bukan takut yang Rasti rasakan tapi hasrat ingin mengumpat.
"Alvira, keluarga nya tidak terpandang, ayahnya bekerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan ayah Mela yang sangat berjasa pada keluarga Alvina."
"Ayah Mela sangat berjasa pada keluarga Alvira, tapi ia bukan malaikat,"
"Ia iblis yang menjerat keluarga Alvira agar tidak bisa jauh dari segala hutang budi dan terus merasakan segala kebaikan palsu nya sampai.."
"Sampai keluarga Alvira bahkan tidak bisa melawan dan berbicara, tidak bisa lepas dan selalu tunduk."
"Maka dari itu Mela merasa seakan dirinya begitu berkuasa dan berlaku sewenang - wenang kepada kembar bersaudara itu."
"Gue yang selalu sama Alvira ikut - ikutan sebal, gue ikutan ngelawan dan ngatai si Mela itu.."
"Tapi ya, gue berusaha membela yang benar tapi gue juga yang kena batunya."
"Itu karena satu alasan, kekuasaan dari ayah Mela begitu besar sampai cukup untuk menutupi semua kebusukan Mela dan membuat para guru terdiam, ayah Mela donatur terbesar di sekolah itu, keluarga gue bahkan ikutan di ancem, tapi gue nggak akan nyerah dan terus ngedampingi Alvira," Rasti berhenti sejenak dengan mata yang sedikit berkaca - kaca, menunggu respon El yang diam seperti patung monyet di tempat wisata yang pernah di kunjunginya bersama
"Kenapa?" tanya El lirih.
"Kenapa lo tetap berteman dengan Alvira di saat lo tahu risiko lo bakal ikut kena imbasnya?" lanjut El sambil menatap serius manik mata coklat Rasti.
Rasti menggenggam tisu di tangannya lebih erat, matanya menatap gumpalan tisu lecek itu.
"Karena Alvira hanya punya gue dan gue hanya punya Alvira."
Kepala Rasti menunduk suaranya terdengar bergetar, "Lo tau? Di saat orang lain pada ngejauhin gue karena sifat buruk gue, karena gue yang selalu mengumbar aura negatif, dan karena gue yang bodoh.."
"Alvira satu - satunya orang yang ngulurin tangannya buat gue, ngeluangin waktunya buat nengerin candaan konyol nggak bermutu gue, dan ngehibur gue saat Papa gue selalu nuntut nilai bagus padahal kapasitas otak gue rendah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSSIE AND HER STORY
Teen FictionMereka pikir semuanya ada pada El gadis tomboy berparas cantik itu. Hidupnya lengkap. Lengkap dengan materi, Lengkap dengan otak cerdas, DAN yang paling penting, Lengkap dengan masalah. Orang - orang bilang hidupnya itu sempurna, mereka selalu bilan...