Alvian mematap gadis di depannya datar. Gadis keras kepala yang suka sekali menangtang maut menurutnya.
Ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika ia tidak segera datang kesana.
Mungki gadis bodoh ini akan mati kehabisan darah. Oke itu berlebihan, tetapi walaupun luka kecil tetap saja menjadi berbahaya jika hanya di diamkan.
Lukanya memang tidak begitu parah, hanya luka gores di pelipis. Tetapi tetap saja melihat darah yang merembes keluar membuat Alvian panik.
Ia dengan segera membawa gadis itu ke UKS yng beruntungnya masih buka. Ia ingin membawanya ke rumah sakit langsung.
Tetapi El harus mendapatkan pertolongan pertama, dan untungnya dokter yang berjaga mengatakan bahwa El tidak papa, itu hanya luka ringan.
Alvian menatap satu kontak yang baru saja menelponnya, tepat sebelum panggilan dari El masuk ke handphone nya.
Dia terlihat perhatian tetapi tidak tahu caranya menepati janji. Untung saja dia segera menelpon Alvian yang kebetulan baru saja selesai latihan basket.
"Gimana keadaan lo?" tanya Alvian saat gadis di depannya mengedipkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.
"Siapa yang bawa gue ke sini?"
"Emang yang tadi lo telepon siapa?" ucap Alvian.
"Kenapa?, kecewa bukan pangeran berkuda putih dengan es jeruk lo itu yang dateng?" sindir Alvian.
El berdecak, "Jangan ngeselin dulu deh yan!"
"Heh, gue lebih tua dari lo!"
"Gue tahu eyang!" ejek El seraya terkekeh geli.
Alvian berdecak malas, sekuat tenaga ia tidak mencoba menoyor mulut lemes gadis lemes di depannya.
"Ni anak sakit aja ngeselin!" gerutunya.
Alvian menelan rasa kesalnya saat mengingat ada hal penting yang harus ia kataka. ia memasang wajah serius miliknya.
Alvian menatap manik mata El yang bingung akibat perubahan ekspresi wajahnya yang tiba - tiba.
"Gue tau lo nekat, tapi untuk urusan ini lo bisa kan tahan sifat lo itu?"
"Gue tau lo pemberani, tapi bisa nggak lo jadi penakut aja untuk hal ini?"
Alvian berjalan mendekati kasur El.
"Gue tahu apa rencana lo," ucapnya.
"El hidup nggak cuma buat ngabdiin diri buat jadi oramg baik,"
"Berbuat baik boleh tapi jangan sampai berakhir babak belur gini!"
El tersenyum pahit, ia pun tidak ingin seperti ini. Jika di suruh memilih ia akan dengan tegas menolak. Tetapi apa boleh buat?, keadaan yang memaksanya begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSSIE AND HER STORY
Teen FictionMereka pikir semuanya ada pada El gadis tomboy berparas cantik itu. Hidupnya lengkap. Lengkap dengan materi, Lengkap dengan otak cerdas, DAN yang paling penting, Lengkap dengan masalah. Orang - orang bilang hidupnya itu sempurna, mereka selalu bilan...