BERBAGI CERITA

82 12 1
                                    



Meisya menarik ingusnya yang meleleh. Mata merahnya melirik ke arah Alisa yang sibuk mengamati seisi ruangan.

"Lalu lo apa alasan lo?!" tanyanya dengan volume suara yang sedikit keras sampai membuat El yang sedang menatap keluar jendela berjengit kaget dan Aliasa yang tengah mengamati foto di pojok ruangan juga kaget.

Gadis berkacamata itu lantas mangambil bantal berbentuk bintang dan mencoba memasukkannya ke mulut Meisya.

"Nggak usah teriak juga gue denger tau!" protes Alisa. "Alasan apa coba? Alasan gue nolak mantan kapten basket sekolah?" sambung Alisa berniat pamer.

Meisya memutar bola matanya malas lantas ia melirik ke arah El jahil. "Dih si lampir malah pamer," Meisya menyenggol lengan El.

"Mantan kapten basket yang lo tolak sebanyak 15 kali itu kan El?" tanya Meisya seraya menatap jahil ke arah Alisa yang mendengus kecil.

"Makannya, buaya putih gitu nggak usah di pamerin! Pamerin tuh si kudanil jones kesepian merana galau itu! Lumayan dia setia kayaknya," oceh Meisya yang mulai normal. Dan kembali pada kebiasaannya yang suka berteriak tak jelas.

"Gue sama Daniel cuma temen ya!" protes Alisa.

Meisya melebaikan mulutnya, "Cimi temen!" ejeknya yang mendapat tabokan ganas dari Alisa lagi.

El menatap serius ke arah Alisa. Dan Alisa yang menyadari juga menoleh ke arah El.

"Yang tadi itu-"

"Kakak tertua gue," potong Alisa. Gadis itu memasang pandangan kesal. "Kayak nenek sihir kan? Untung cuma kakak tiri!" lanjut Alisa yang malah meyumpahi kakak tirinya sendiri alih - alih merasa marah pada El karena mengusik hal pribadinya, seperti yang El pikirkan.

"Cuma kakak tiri kok sifat nenek sihirnya bisa nular ke elo? Apa mungkin dapat menular melalui udara?" gurau Meisya sekaligus mengejek.

"Diem lo ikan buntal!" balas Alisa.

"Maka dari itu lo nggak mau ikut pulang sama dia?" bahas El yang masih serius.

"Dan dapet semua omong kosong nggak bermutu mereka? Maaf Alisa sudah kenyang dan nggak butuh lagi," Alisa menghela nafas pelan.

"Mereka terlalu berisik pada hidup gue, kalau mereka peduli untuk hal yang baik gue senang, malah gue ingin, karena itu kehangatan keluarga yang gue inginin,"

"Tapi masalahnya, mereka selalu ngebacotin gue dengan kata - kata remeh tentang semua yang melekat pada gue."

Alisa menatap ke arah Meisya dan El.

"Mereka bukan kakak tiri yang baik, bahkan lebih buruk dari kakak tiri cinderella."

"Mereka selalu mengatakan bahwa gue nggak berguna, dan mungkin ketika salah satu dakjal itu melihat gue di luar malem - malem dan mengadukan pada ayah, mungkin amarah ayah akan lebih besar, gue habis perang sama ayah tiri gue,"

Aliaa menghela nafas singkat. "Jadi gue memilih menghindar dan malah ngerepotin orang lain," ucapnya yang di akhiri dengan senyum sendunya.

"Nggak ada yang repot kok."

Mereka bertiga refleks menoleh ke arah Tasya yang datang sambil membawa cemilan. 

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang