Dia yang selalu ada

360 32 0
                                    















Baik atau buruk aku tidak tau dia itu seperti apa, tapi yang aku tau sosoknya selalu melindungiku dengan caranya sendiri."

       

       **********************

El melangkahkan kakinya memasuki pintu rumahnya saat memastikan Reyhan sudah kembali ke rumahnya, dan tentunya setelah ia mengucapkan beberap patah kata terimakasih karena sudah mau di repotkan.

Dan hujan yang di gadang - gadangkan akan turun, menghilang entah kemana dan hanya menyisakan gumpalan awan hitam.

El tidak heran jika orang yang katanya sudah menunggunya di rumah tidak ada di ruang tamu rumahnya. Karena El tahu betul kebiasaannya yang tidak bisa diam.

Baginya bosan adalah sesuatu yang paling mengerikan dalam hidupnya.

Sama seperti El.

El memutuskan untuk kembali kekamarnya terlebih dahulu, ia membersihkan badannya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang cocok untuk menghadiri sebuah acara pernikahan.

"Non El kau akan tambah cantik jika memakai setelan dress hitam lengan pendek dengan sepatu hak hitam ini!"

El menghentikan gerakannya memilah - milah dress yang akan di gunakannya saat ini, ia mengambil drees yang di tunjuk oleh orang di sampingnya.

"Ah iya, kenapa nggak kepikiran ya!" gumamnya lalu segera memakai setelan itu.

Tak lama kemudian ia kembali dengan dress hitam selutut dengan sepatu hak hitam yang sangat pas di tubuh rampingnya.

Tak lama kemudian Ema, seorang wanita paruh baya yang sedari tadi menunggunya kembali menghampirinya.

"Sini saya bantu," ucapnya serya mengambil alih sisir di tangan El, lalu dengan telaten ia menyisisr rambut hitam panjang majikannya, lalu mengambil jepit rambut  berukuran kecil, lalu menjepit rambut di bagian sisi kanan Elssie dan sebagian rambut di bagian kirinya di bawa ke depan dada.

"Bu Ema jangan terlalu formal!"

"Kau terlihat cantik," puji Ema dengan senyum tulusnya alih - alih menjawab pernyataan El.

El menatap cermin di hadapannya yang memantulkan paras menawan wajahnya. Tetapi bukan itu yeng membuatnya terhipnotis, melainkan senyum itu.

Senyum sehangat mentari yang mampu menenangkan hatinya. Entah kenapa El selalu merasa bahwa itu adalah senyum terbaik dan dan selalu ia nantikan di dalam hidupnya.

El berdiri dari duduknya, lalu memeluk wanita paruh baya yang sudah mengasuhnya sedari kecil itu.

"Kenapa El?" tanya Ema hangat.

El tersenyum senang, entah kenapa ia sangat suka jika Ema memanggilnya dengan nama aslinya tapa embel - embel 'non'.

"Makasih," ucap El singkat lalu mencium pipi tirus Ema.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang