"Kita ketemu lagi," ujar Arion seraya sengaja mengambil minuman di samping Aidan.
Lelaki yang nampak lebih rapi dari biasanya itu menoleh seraya memasang senyum miringnya untuk Arion, si kembarannya.
Aidan nampak mengerutkan keningnya curiga sekilas. Lalu kemudian mengangguk pelan.
"Si gila bisnis ini nggak mungkin melewatkan kesempatan emas kan?" sarkasnya seraya menyeruput minuman miliknya.
Arion terkekeh kecil, "Apa lo pikir gue sengaja ngikutin lo?" tanya Arion yang sudah tahu isi kepala Aidan sebelumnya.
"Sebelumnya begitu, lo kan penggemar berat gue," jawabnya. Ia melirik ke arah gadis di samping Arion.
"Ashiva Klariana-"
"Tunangan lo?" tebak Aidan yang membuat Arion seketika menghentikan kalimatnya.
Aidan tersenyum miring, "Papa mana mungkin kan, membiarkan gadis yang kemampuannya tidak dipercayai mendampingi lo di sini?" Aidan menatap ramah ke arah Shiva yang di balas senyum tak kalah ramah pula oleh Shiva.
Ramahnya Shiva itu adalah waspadanya dia pula. Shiva itu kadang penuh tipu muslihat. Aidan tidak pernah Shiva temui secara langsung, jadi Shiva sama sekali tidak tahu apa lelaki ini baik untuknya atau tidak.
"Jadi, bagaimana rasanya di jodohkan dengan kembaran super kaku gue ini?" tanyanya seraya melirik ke arah Arion yang menatapnya tenang.
"Menyenangkan."
Jawaban tak terduga itu keluar dari mulut Shiva yang membuat Aidan sedikit terkejut. Hanya sedikit karena sisanya ia sembunyikan.
"Oh ya? Bolehkah gue tau bagian mana yang menyenangkan dari pengekangan?" tantangnya yang terang - terangan mencibir ritual kolot oleh kedua orang tua mereka.
Shiva tersenyum kecil. "Yah, kalau jodoh lo Arion yang nggak berfikiran kolot dan tidak terlalu pengekang itu akan menyenangkan,"
"Memang siapa yang mau menolak jodoh sesempurna dia? Nggak ada dan ya.." Shiva menghela nafas pelan.
"Perjodohan ini sangat menguntungkan karena kita tidak mungkin hidup melarat kan? Arion adalah masa depan yang menjamin, masa depan lo terjamin jika dijodohkan dengan Arion," sambung Shiva yang membuat Aidan terdiam sesaat.
Aidan terlihat mengamati penampilan Shiva sekilas. Lalu menarik senyum simpulnya.
Selera Papanya memang bagus.
"Pantas Papa milih dia sebagai pendamping lo," komentarnya yang tentu tidak terlalu membuahkan rasa senang di antara dua sejoli itu.
Aidan mengetuk - ketukkan jarinya pada gelas kaca di tangannya.
Andai mereka saling mencintai. Mereka akan menjadi pasangan yang serasi. Hidup keras Arion memang membutuhkan pendamping seperti Shiva.
Tetapi sayangnya, Arion sepertinya memiliki pilihannya sendiri.
Aidan menggeleng samar. Entah apa tujuan Rayyan menyiapkan jodoh untuk hampir ke semua anak - anaknya.
Hampir, karena Rayyan gagal menjodohkan Aidan yang keburu kabur.
"Tapi akan percuma jika lo nggak bahagian, kan?" Aidan melempar pertanyaan kepada Arion. Ia kembali menatap Shiva.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSSIE AND HER STORY
Teen FictionMereka pikir semuanya ada pada El gadis tomboy berparas cantik itu. Hidupnya lengkap. Lengkap dengan materi, Lengkap dengan otak cerdas, DAN yang paling penting, Lengkap dengan masalah. Orang - orang bilang hidupnya itu sempurna, mereka selalu bilan...