AIDAN

130 13 0
                                    









"You are my Mom!"

El memandangi foto polaroid yang berada di tangannya. Berisi bagaimana seorang wanita cantik berlesung pipi yang tersenyum lembut kearah kamera.

Senyumnya cantik sekali. Pantas saja Papanya enggan mencari penggantinya.

Entah itu Mamanya bercerai dengan Papanya, atau Mamanya sudah..

El memejamkan matanya. Wajah familiar itu semakin membuatnya khawatir. Tiba - tiba sesak memenuhi dadanya saat El mengingat mimpi yang sering di temuinya.

Iya, wanita ini memang yang itu. Wanita dengan senyum indah di mimpinya. Wanita yang menemuinya di tempat yang begitu asing itu. Entah itu surga atau di manapun itu, yang pastu bukan di dunia ini.

Dan itu artinya.

Air mata El turun semakin deras.  Isakan tangis tidak dapat lagi di tahannya. Ini pertama Kalinya El menangis sampai terisak seperti ini. El mencengkram dadanya kuat.

Kenapa harus dia yang menerima kenyataan pahit ini?

"Oh Tuhan, kenapa semua ini terjadi?"

Tubuh El lemas seakan tak bertulang. Ia luruh di atas ubin dingin lantai yang beralaskan permadani abu - abu.

Kenapa harus dia? El selalu berharap. Suatu saat nanti ia akan bertemu dengan Mamanya. Ia bermimpi dan berandai - andai, ia akan pergi bersama dengan Mamanya. Menikmati waktu berdua. Berbelanja berdua, memasak berdua, berkebun berdua, dan melukis berdua.

Tetapi itu tidak lebih dari mimpi. El bahkan sudah tahu sedari mimpi itu hadir. Firasatnya sudah buruk dari mimpi itu hadir.

Mamanya, sudah tiada. Sosok pelindung El itu, tidak lain dari Mamanya.

"M-aa, El pengen kete-emu."

Susah payah El menahan isakannya.

"Ma kenapa Mama ninggalin El?"

"Ma, bisakah El merasakan bagaimana itu bersama mu, lagi?"

"Ke-n-kenapa semua kenangan tentang mu harus hilang Ma?"

El memukul kepalanya, memaksa mengingat semuanya. Semua tentang Mamanya. Ia yakin ia pernah melalui waktu bersamanya.

Tetapi kenapa otaknya ini tidak mau mengingat?

"Oh Tuhan, Kau sudah mengambi-lnya, l-lalu kenapa Kau juga mengambil ingatan ku ten-tentangnya?" keluh El dengan air mata yang masih  mengalir deras. Ia memeluk foto polaroid di tangannya ke pangkuannya. Merasakan seakan ia memeluk wanita itu lagi.

Wanita yang entah bisa ia temui lagi.

Atau tidak akan pernah. El berharap waktu mundur, sehingga ia bisa merasakan kehangatan itu lagi. Kehangatan yang sangat ia rindukan.

Bersama Mama, Papanya, Kak Arion dan Kak Aidan. Seperti sebelumnya.

El memejamkan matanya, dan tanpa terasa ia memasuki dunia mimpinya. Dirinya terlalu lelah akan kenyataan hidupnya.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang