RESULT

122 17 0
                                    


"Jadi begitu ya, kamu hanya mau datang saat Mama sekarat aja."

Seorang wanita yang mengenakan dress berwarna merah itu memijit kaki mamanya yang bersandar di sandaran kasur.

"Bukan begitu Ma, tapi Meza memang sibuk di butik akhir - akhir ini," jawab wanita yang merupakan anak dari wanita tua itu.

Wanita tua itu terbatuk singkat, "Bilang aja kamu di larang sama suami kamu!"

Wanita muda itu terlihat tersenyum lembut, "Bukan begitu Ma, malahan Ray mau nganteri Za kesini, tapi dia juga begitu sibuk akhir- akhir ini, dia nggak mau biarin aku berpergian jauh sendirian, taku ada apa - apa di jalan."

"Iya - iya suami kamu memang pengertian, Mama cukup iri," jawab si wanita tua walau pun nada jengkel nya masih begitu ketara.

"Arion sama Aidan mana?"

"Mereka kan pergi sama Oma mereka Ma," jawab Meza.

Si wanita tua mendengus iri, "Padahal aku juga punya hak, tetapi kenapa aku sangat susah bertemu mereka sedangkan mertua kamu itu begitu bebas?" sindirnya.

Meza hanya diam tidak menanggapi, di dalam hatinya ia berfikir keras, agar situasi ini segela berlalu.

"Mana cucu kesayangan Mama?" tepat setelah wanita tua itu mengucapkan kalimat itu, seorang gadis kecil berumur 5 tahun muncul dari balik pintu dan berlari memeluk sang nenek yang begitu dirindukannya.

"OMAA!"

"Eh cucu kesayangan Oma," jawab si wanita tua dengan nada senangnya sambil memeluk tubuh mungil gadis itu.

"El, Oma lagi sakit," tegur Meza. Tetapi gadis cilik itu tidak mengindahkan mamanya dan tetap bergelendotan manja pada neneknya.

Si mama hanya geleng - geleng kepala melihatnya. Ia melanjutkan memijit kaki ibunya.

"Orang rumah pada kemana Ma? Kok sepi?"

"Bi Ila lagi pulang kampung. Evan lagi pergi sama istrinya melayat, mungkin pulang larut malam. Hanya ada Paman Rio sama Bi ira, yang antar Mama ke dokter nanti, oh iya kamu di sini aja ya, sama El."

"Biar Meza aja yang anter Mama."

"Nggak usah Mama tau kamu capek, kamu diam di rumah aja, masakin Mama gulai ayam, Mama lagi pengen."

"Tap-"

"Setidaknya jangan tolak keinginan Mama yang ini Za."

Wanita muda itu terpaksa mengaggukkan kepalanya, pasrah, ia tidak akan pernah bisa melawan kekeras kepalaan Mamanya.

"Iya Ma."

Maaf Ray, aku membangkang, tapi ini demi Mamaku.

El terbangun saat samar - samar dirinya mencium bau harum cupcake kesukaannya. Ia membuka matanya perlahan lalu menggeliat kecil.

Ia menoleh ke arah nakas. Melihat sekotak cupcake aneka rasa yang di letakkan di sana masih lengkap dengan kresek putih yang membungkusnya.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang