PASAR KENANGAN

130 13 0
                                    




"Hallo?"

"Iya ini gue udah pulang bawel."

"Iya - iya Bang Geo ku tersayang!"

"Nggak usah deh gue udah dalam bis ini."

"Iya oke bye."

"Cerewet banget si Geografi."

El menutup panggilan handphone nya lantas memasukkan benda pipih persegi itu kedalam tas gendong mini nya.

Kenapa seluruh Kakak - kakaknya sangat cerewet sih? El jadi pusing sendiri. Padahal kalau di luar rumah mereka golongan pendiam semua, ya kecuali Geovanno sih, dia memang sudah gesrek dari lahir.

"Enak nya ngapain dulu ya?" ucapnya seraya menatap pasar malam yang ia kunjungi hari ini. Iya dia berbohong lagi kepada kakak - kakaknya.

Mau bagaimana lagi, ia juga membutuhkan refresing di tengah - tengah kesibukannya sebagai siswa dan sebagai detektif hantu.

Ia berjalan ke arah salah satu stand makanan yang menjual bakso bakar yang terlihat menggiurkan di matanya. Tidak berfikir dua kali gadis itu langsung menghampiri stand tersebut, rindu merasakan makanan yang begitu ia dan kakak kembarnya gemari itu.

Ah El jadi merindukan mereka berdua kan. Seberapa pun terbiasanya, ia tetap saja rindu sesekali.

Mata bermanik coklatnya sibuk mengamati tangan cekatan si penjual saat melayani pelanggan lainnya. Ini penjual legendaris sudah berdagang selam 50 tahun, rasa makanannya enak dan tidak pernah berubah sejak El memakan makanan itu dari berumur 6 tahun.

Ia menjadi semakin bernostalgia.

"Lihat El bakso ini kelihatan kayak matahari."

"Bulan bego!"

"Kalau begitu bulan lo gosong dong!"

"Matahari juga mana ada warna coklat, nggak sekalian warna ungu?"

"Biasa aja ngomongnya pacar janda depan komplek!"

El tersenyum kecil saat mengingat tingkah absurd kedua kakaknya setiap mereka memakan bakso bakar kepunyaan Pak Reno ini. Setiap mengunjungi pasar malam, mereka tidak pernah absen mengunjungi stand ini dan duduk di pinggir sungai sambil menceritakan segala cerita hidup masing - masing.

Memang hal yang sederhana, tetapi hal yang sederhana itu yang membuat percikan kebahagiaan di hidup El. Dan sekarang kebahagiaannya itu perlahan lenyap.

Mereka yang dahulu pernah sedekat nadi perlahan menjauh. Menghampiri kesibukan masing - masing dan mengubur segala kebahagiaan kecil mereka.

"Si manis udah lama nggak kesini, kesini sama siapa neng?" sapaan dari Pak Reno mengahamburkan segala memori lama El. Gadis dengn rambut di cepol itu tersenyum kecil.

"Iya Pak, biasa semenjak SMA kesibukan serasa 100 kali lipat," jawab El yang membuat Pak reno terkekeh kecil.

"Yang nggak papa Neng, namanya juga perjuangan, bersakit - sakit dahulu berenang - renang kemudian," ujar Pak Reno sambil membuat pesana El yang sudah sangat di hapalnya di luar kepala.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang