TWO SISTERS

157 18 0
                                    



"Makan yang banyak, biar tumbuh jadi cabai gemuk."

El mendelik kesal ke arah Arina yang sibuk memasukkan makanan ke dalam piringnya. Kenapa harus cabai sih?.

"Kenapa harus cabai sih kak?" tanya El sambil memutar bola matanya malas.

Arina mengedikkan bahu, "Karena kadang mulut lo itu pedas kayak selai cabai," jawabnya. Ia lantas menepuk bahu Aldara yang sibuk memasukkan nasi ke piringnya.

"Pantesan krempeng kayak manusia lidi, makan nya seporsi semut, sini gue ambilin!" cibirnya saat melihat porsi makan Aldara yang terbilang sedikit. Anak ini jangan bilang dia diet? Tapi tidak mungkin juga, nafsu makan Aldara memang terkadang tidak bagus.

Arina mengambil alih sendok nasi lantas mengambilkan nasi tambahan untuk Aldara, takaran yang menurutnya paling sesuai. Tak lupa menambahkan sayuran dan daging tambahan.

"Lo itu baru sembuh, makan yang banyak," nasehat Arina sambil menatap kedua anak itik di depannya senang. Sedangkan Aldara dan El hanya tersenyum senang melihat keantusiasan Kakak sepupu tertua mereka itu. Mereka senang. Senang karena perkiraan mereka terhadap Arina salah total. Arina tetap ceria, malah dua kali lipat lebih ceria setelah berita kesehatannya itu sampai di telingannya.

"Lo juga makan yang banyak Kak," ucap El sambil mengunyah nasi miliknya. Aldara mengagguk menyetujui, lantas berdiri dari duduknya dan memasukkan banyak makanan sehat ke dalam piring milik Arina.

"Nih makan empat sehat lima sempurna biar makin sehat," ucap Aldara sambil memasukkan sesendok sayur.

Arina menatap seporsi makanan di depannya itu dalam diam, andai ia seperti makanan itu, sehat. Ia tersenyum miris, namun senyumnya berganti menjadi senyum manis saat pandangannya terangkat dan menatap haru kedua adik sepupunya.

"Wahh nggak nyangka gue kalian seperhatian ini," ucapnya seraya pura - pura menghapus air mata palsunya.

"Lebay lo Kak," cibir El. Arina hanya berdecak mendengar perkataan El, bisa - bisanya mulutnya tak terkontrol di saat haru seperti ini.

"Om Ray, mana El?" tanya Dara saat tak menyadari si kepala keluaraga.

"Luar kota," jawab  El, Dara mengagguk, sudah dia duga sih.

"Arion?"

"Udah pergi pagi - pagi," jawab El sambil menyuapakan makanannya.

"Ngapain? Ngelamar pacarnya?" gurau Arina sambil menyuapkan sendok pertama nasinya.

"Yakali, paling masalah kerjaan atau kampus, terlalu awal untuk si gila kerja itu ngelamar anak orang,"ngeluangin waktu buat adiknya aja nggak bisa,  apalagi keluarga kecilnya nanti, bisik El di akhir kalimatnya.

"Iya sih,  ngaco lo Arina," ucap Arina seraya menyuapakan sarapannya. 

El menatap aneh ke arah Arina yang menegur dirinya sendiri dengan suara sebegitu kerasnya "Dih negur diri sendiri," cibirnya.

"Iya ini namanya intropeksi diri," bela Arina.

"Ya nggak kayak orang gila gitu juga kali Kak," El memutar bola matanya malas.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang