IZIN

92 10 0
                                    

Ketiga saudara itu menunduk dalam diam saat wanita tua yang duduk disofa sebrang menatap tajam ke arah mereka.

Helaan nafas keluar dari bibir wanita itu. Mika, ibu dari Rayyan itu melunakkan tatapan matanya.

"Bagus, kalian begitu ikhlas tidak pernah mengunjungi nenek kalian seakan tidak punya nenek lagi?" ujarnya yang membuat ketiga saudara itu langsung saling pandang.

El mengangkat pandangannya. "Kan El udah waktu itu nek?" bela El. Dan kedua saudaranya tidak tahu harus mengeles dengan kata apa.

Mika melotot ke arah El, "Maksud kamu waktu kamu ngunjungi nenek di saat nenek pergi ke Australia itu? Itu sama aja bohong!" bantah Mika.

Tatapannya beralih pada Aidan dan Arion, "Kalian berdua juga, sok sibuk sekali pada urusan masing - masing! Apa kalian lupa sama nenek yang menemani hari libur kalian setiap libur akhir tahun? Lupa sama nenek yang selalu buatkan kalian makanan kesukaan kalian? Merajut untuk kalian? Dasar cucu durhaka!" omel Mika yang membuat kepala kedua lelaki itu kembali menunduk.

"Ingin rasanya nenek cari cucu baru!"

"Jangan kayak Tok Dalang apa nek," cicit Aidan.

"Diam!" galak Mika. Mika memijit keningnya.

Aidan dan Arion saling pandang, lalu kompak berdiri dari duduknya. Menghampiri Mika dan memelukknya dari samping.

"Ya maaf nek, lain kali kami janji deh, akan rajin berkunjung," ucap Arion seraya menatap dengan ekspresi menggemaskan kepada Mika.

"Berkunjung kemana maksud kamu?"

"Ke taman hiburan he-"

-bercanda nek, serius amat," ujar Aidan seraya tersenyum tengil. Mengurungkan niatnya tertawa kecil.

"Nanti kalau ada banyak waktu luang, kami nginep deh, hanya waktu untuk nenek," bujuk Aidan yang membuat Mika perlahan tersenyum.

Rasa kesalnya menguap tergantikan dengan rasa hangat di dadanya.

"Awas kalau kalian tidak datang - datang, nenek pecat dari daftar cucu!" ancamnya yang sontak menimbulkan senyum di bibir ketiga bersaudara itu.

"Janji!" ucap mereka bertiga berbarengan. Dan menerbitkan senyum haru di bibir Mika. Akhirnya dia bisa melihat kekompakan mereka lagi.

"Papa kalian belum pulang?" tanya Mika yang membuat El menggeleng pelan.

"Papa mana mungkin pulang dibawah jam sepuluh," jawabnya selaku yang paling hafal kebiasaan Rayyan.

Mika hanya menggeleng pasrah, bagaimanapun akan sulit membuat Rayyan lupa dari kebiasaan gila kerjanya.

Mika menghela nafas pelan, ia menatap kearah ketiga cucunya yang sibuk pada pikirannya masing - masing.

Dan apa itu? Mata merah? Apa mereka bertiga baru selesai menangis? Mika tersenyum getir, merasa tahu apa penyebab mereka terlihat sedikit kacau.

Sedikit merasa bersalah karena masa muda mereka yang di penuhi dengan masalah.

Ia menarik nafasnya pelan lalu kembali menatap wajah ketiga cucunya.

"Papa kalian hanya menginginkan yang terbaik untuk kalian," ucapnya yang sontak membuat mereka menoleh, tertarik pada topik yang dibahasnya.

"Kalian pasti merasa terkekang dengan perjodohan ini," lanjutnya.

"Papa kalian melakukan itu karena trauma, takut kejadian sama terulang kembali."

"Kalian tahu, nenek dulu juga berambisi menjodohkan papa kalian, melarangnya menjalin hubungan dengan mama kalian. Kejadian yang sama dengan saat ini." Ucap Mika seraya melirik sendu ke arah Arion.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang