May 30 2012
"Pokoknya nggak boleh ya Za! Kamu kan tahu bisnis aku sedang di puncak - puncaknya dan musuh aku juga sekarang ada di puncak - puncaknya. Bahaya jika kamu pergi kesana sendiri."
"Walau nggak sendiri pun emang kamu kasih?" Wanita dengan rambut panjang dan berlesung pipi itu menuju ke hadapan sang suami yang tengah sibuk melepas jam tangan mahal miliknya.
Lelaki dengan kemeja putih itu nampak menghela nafas pelan. Ia memijit keningnya yang mendadak terasa pusing.
Ia memegang pundak istrinya hati - hati lalu menatap teduh mata indah sang istri.
"Buat apa aku nggak bolehin kamu ketemu sama Mama kamu sendiri?" ucap lelaki itu.
"Aku nggak akan pernah larang kamu ketemu Mama, hanya saja bukan sekarang waktu yang tepat, nanti kalau aku sudah kembali dari Amerika aku sendiri yang antar kamu kesana, aku juga kangen sama Mama, jadi kamu lebih sabar sedikit ya," jelas si lelaki mencoba memeberikan pengertian.
"Ini demi keselamatan kamu sama anak - anak kita," sambung si suami.
Meza, wanita beranak tiga itu menghela nafasnya pelan. Di sisi lain iya ingin menjadi istri yang baik. Menurut pada suaminya.
Ia paham jika suaminya mengkhawatirkan keselamatannya. Meza paham jika larangan Rayyan itu semata untuk keselamatan dia sendiri, El dan anak yang sekarang tengah di kandungnya.
Tapi rasa rindu dan desakan dari Mamanya juga membuatnya bimbang. Sudah hampir 3 tahun ia tidak bertemu dengan sang Mama karena kesibukan dari suaminyaa. Mau pergi sendiri tidak di izinkan.
Meza paham Rayyan takut kejadian terakhir kali, saat ia dan Arion yang hampir di bunuh oleh orang misterius.
Apalagi ia juga mendapat kesulitan dan sedikt tentangan dari sang ibu mertua yang khawatir cucu - cucunya di bawa pergi jauh tanpa keamanan yang bagus. Ibu dari Rayyan itu tidak percaya pada beberapa bodyguard yang di utus oleh Rayyan.
Dia hanya ingin Rayyan ikut memastikan keselamatan mereka. Tapi Meza juga paham watak dari ibu mertuanya itu. Alasan darinya tentang keamanan memang masuk akal menurut Meza, tapi berlebihan juga. Dengan keamanan yang sudah menurutnya ketat itu seharunya dia sedikit mengurangi kekhawatirannya.
Simple nya, bilang saja ia tidak suka cucunya berdekatan dengan Mama Meza karena hubungan mereka yang sedari ia belum menikahi putranya Rayyan memang tidak baik.
Perstujuan pernikahan hanya untuk kebahagiaan anak mereka. Bukan memulihkan hubungan yang memang telah rusak. Apalagi mempersatukannya.
Sisanya, kedua orang tua itu tetap egois pada pendirian mereka.
"Aku janji, kamu tunggu satu bulan lagi, aku usahakan nggak ada waktu lebih lama lagi, aku pasti antar kamu ke rumah Mama kamu," ujar Rayyan kembali meyakinkan sang istri.
Meza mau tak mau terpaksa mengagguk. Ia mengembangkan senyum di bibirnya. Ah mungkin ia tahan dulu perasaan rindunya beberapa waktu lagi.
Ia melingkarkan tangannya di punggung Rayyan, menyambut pelukan hangat yang di berikan oleh sang suami.
June 1 2012
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSSIE AND HER STORY
Teen FictionMereka pikir semuanya ada pada El gadis tomboy berparas cantik itu. Hidupnya lengkap. Lengkap dengan materi, Lengkap dengan otak cerdas, DAN yang paling penting, Lengkap dengan masalah. Orang - orang bilang hidupnya itu sempurna, mereka selalu bilan...